Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menilik Ketahanan Pangan Kota Tasikmalaya, 200 Hektar Sawah Kini Panen 4 Kali Setahun

Kompas.com - 10/11/2022, 08:49 WIB
Irwan Nugraha,
Reni Susanti

Tim Redaksi

TASIKMALAYA, KOMPAS.com - Kota Tasikmalaya memiliki sumber ketahanan masyarakat unggulan, yakni padi. Setidaknya, 200 hektar sawah di Kota Tasikmalaya kini panen 4 kali dalam setahun.  

Pola tanam 4 kali panen di lahan sawah sempit wilayah perkotaan ini mampu menambah produksi pangan sampai maksimal 50 persen dalam setahunnya.

Bahkan, Kementerian Pertanian RI saat berkunjung ke Kota Tasikmalaya sempat kaget dengan wilayah perkotaan masih memiliki lahan sawah seluas 3.800 hektar yang masih aktif.

Baca juga: Sistem Irigasi Buruk, Petani Bawang di Brebes Gunakan Pompa Air Berbahan Bakar Gas Untuk Mengairi Sawah

Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian, dan Perikanan Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, Adang Mulyana mengatakan, dari 3.800 hektar sawah, 200 ha di antaranya berhasil tanam 4 kali.

"Itu jadi unggulan produksi pangan di Kota Tasikmalaya, karena hasil produksinya jadi bertambah sampai 50 persenan," jelas Adang kepada Kompas.com di Kantor Samsat Kota Tasikmalaya, Rabu (9/11/2022).

Adang menambahkan, selama ini suplai di pemukiman warga masih sebagian besar mengandalkan beras dari hasil panen sawahnya.

Masyarakat Kota Tasikmalaya tak mengandalkan beras Bulog selama ini seperti di wilayah perkotaan lainnya di Indonesia.

Baca juga: Cuaca Ekstrem, Hama Tikus Menggila, 4 Hektar di Salatiga Sawah Gagal Panen

"Seperti sekarang ada pasar murah untuk ketahanan pangan di Samsat Kota Tasikmalaya ini, semua yang dijual mulai beras, ikan, dan sayuran lainnya itu semua berasal dari hasil tani masyarakat Kota Tasikmalaya. Bukan dari Bulog, kita tak mengandalkan di Bulog," tambah Adang.

Selain itu, Pemkot Tasikmalaya sedang menyusun Peraturan Daerah (Perda) tentang LP2B atau Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan.

Perda itu nantinya akan melindungi lahan sawah yang potensial supaya tak beralih fungsi mejadi pemukiman atau lainnya.

"Mudah-mudahan Perda LP2B (lahan pertanian pangan berkelanjutan) yang disusun oleh Pemkot Tasikmalaya ini akan selesai di akhir tahun (2022). Sehingga meskipun kota (daerah) kota lahan pertanian (sawah) tetap abadi dan dilindungi," kata Adang.

Adang menyebut, selama ini jumlah permintaan pangan di pasaran tentunya lebih besar dari hasil pertanian di Kota Tasikmalaya.

Soalnya, Kota Tasikmalaya memiliki Pasar Induk Cikurubuk, Kota Tasikmalaya, yang selama ini memenuhi kebutuhan masyarakat se-wilayah Priangan Timur, Jawa Barat.

"Kalau berbicara permintaan pasar, tentunya jumlahnya lebih besar daripada hasil pertanian," tutur Adang.

"Ini bicara permintaan pasar ya. Karena apa, karena Kota Tasikmalaya memiliki Pasar Induk (Cikurubuk). Jadi kalau bicara pasar permintaannya bukan warga Kota Tasikmalaya saja, tapi mulai Ciamis, Garut, Banjar, Kabupaten Tasikmalaya sampai Pangandaran belanjanya ke Pasar Induk di Kota Tasikmalaya," tambahnya.

Sementara itu, Ketua Forum Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Kota Tasikmalaya, Mumu Nuryaman, mengaku Dinas Pertanian Kota Tasikmalaya selama ini terus mendorong motivasi dan berbagai bantuan peningkatan produksi tani ke 655 kelompok tani dan lainnya.

Seperti 200 lahan hektar sawah yang berhasil panen 4 kali dalam setahun merupakan program berkelanjutan yang terus ditingkatkan.

"Lahan 200 hektar sawah di Kota Tasikmalaya yang sudah berhasil panen 4 kali ini, tentunya ke depan akan semakin bertambah dan target semua lahan pertanian sawah di sini (Kota Tasikmalaya) sudah bisa panen 4 kali semuanya," ungkap Mumu. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Lagi, Video Viral Pungli di Tempat Wisata Sentul Bogor

Lagi, Video Viral Pungli di Tempat Wisata Sentul Bogor

Bandung
Aturan Zonasi PPDB Baru Berlaku di Jabar, Tak Bisa Lagi Asal Pindah KK

Aturan Zonasi PPDB Baru Berlaku di Jabar, Tak Bisa Lagi Asal Pindah KK

Bandung
Kasus Mayat Dalam Koper di Cikarang, Keluarga Korban Sempat Ketemu Pelaku di Kantor

Kasus Mayat Dalam Koper di Cikarang, Keluarga Korban Sempat Ketemu Pelaku di Kantor

Bandung
Warga Bogor Meninggal Setelah Ditabrak Oknum Polisi, Ditolak Saat Melapor

Warga Bogor Meninggal Setelah Ditabrak Oknum Polisi, Ditolak Saat Melapor

Bandung
Pria di Karawang Tewas di Tangan Mantan Suami Istrinya

Pria di Karawang Tewas di Tangan Mantan Suami Istrinya

Bandung
Kasus Mayat Dalam Koper di Cikarang, Pelaku Teman Korban yang Butuh Uang untuk Resepsi

Kasus Mayat Dalam Koper di Cikarang, Pelaku Teman Korban yang Butuh Uang untuk Resepsi

Bandung
Titik Terang Kasus Mayat Dalam Koper di Cikarang, Keluarga: Semoga Pelaku Dihukum Berat

Titik Terang Kasus Mayat Dalam Koper di Cikarang, Keluarga: Semoga Pelaku Dihukum Berat

Bandung
Kisah Relawan Tagana, 4 Bulan Tinggalkan Keluarga Bantu Penyintas Gempa Cianjur

Kisah Relawan Tagana, 4 Bulan Tinggalkan Keluarga Bantu Penyintas Gempa Cianjur

Bandung
Terungkap, Kasus Mayat Dalam Koper di Cikarang, Suami Korban: Semua Menduga Saya Pelakunya

Terungkap, Kasus Mayat Dalam Koper di Cikarang, Suami Korban: Semua Menduga Saya Pelakunya

Bandung
Balai Kota Bandung Bakal Bebas Kendaraan Bermotor Setiap Jumat

Balai Kota Bandung Bakal Bebas Kendaraan Bermotor Setiap Jumat

Bandung
Syarat Calon Independen Pilkada Jabar 2024: 2,3 Juta Dukungan KTP

Syarat Calon Independen Pilkada Jabar 2024: 2,3 Juta Dukungan KTP

Bandung
Pj Gubernur Jabar Turun Tangan Damaikan Kisruh Bupati dan Sekda Cianjur

Pj Gubernur Jabar Turun Tangan Damaikan Kisruh Bupati dan Sekda Cianjur

Bandung
Bocah 7 Tahun Ditemukan Tewas di Sukabumi, Otopsi Ungkap Bekas Kekerasan

Bocah 7 Tahun Ditemukan Tewas di Sukabumi, Otopsi Ungkap Bekas Kekerasan

Bandung
Bupati Karawang Ungkap Komitmen soal Jaga Iklim Investasi dan Buruh

Bupati Karawang Ungkap Komitmen soal Jaga Iklim Investasi dan Buruh

Bandung
Fakta dan Kronologi Pendaki Asal Bandung Meninggal di Gunung Ciremai

Fakta dan Kronologi Pendaki Asal Bandung Meninggal di Gunung Ciremai

Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com