PANGANDARAN, KOMPAS.com - Banyak suka duka yang dialami anggota Taruna Siaga Bencana (Tagana) saat membantu penanggulangan bencana di suatu daerah.
"Suka dukanya banyak, dinikmati saja," kata Ketua Tagana Kabupaten Pangandaran, Nana Suryana saat ditemui di Mako Tagana, di daerah Parigi, Kamis (2/5/2024).
Nana menceritakan, pengalaman yang tak akan pernah terlupa adalah gempa Cianjur. Saat itu, 15 anggota Tagana Pangandaran di-BKO kan untuk membantu warga Cianjur.
Baca juga: Kisah Relawan Tagana Sumbawa, 14 Tahun Berada di Garda Depan Bencana Tanpa Asuransi
"Kami di Cianjur selama 4 bulan membantu warga, bikin dapur umum, membangun hunian sementara," tutur dia.
Nana dan rekan-rekannya harus menyediakan 5.000 porsi nasi bungkus per hari untuk warga di posko pengungsian yang berada di Warungkondang, Cianjur.
Kerja keras dan rasa lelah anggota Tagana, terbayar saat melihat senyuman para penyintas gempa bumi. Bagi Nana, penyintas bisa sedikit tersenyum di tengah musibah, merupakan semangat yang luar biasa.
"Teman-teman senang jika sudah ada warga yang bisa tersenyum. Ini penghargaan luar biasa," katanya.
Baca juga: Kisah Relawan Tagana, 18 Tahun Bertaruh Nyawa Ditopang Insentif Rp 250.000
Karena lama berada di Cianjur, warga dan anggota Tagana sudah merasa seperti keluarga. Bahkan, saat Tim Tagana akan kembali ke Pangandaran, warga sempat menahannya agar tidak kembali.
"Kita diarak 2000-an warga di pengungisan itu. Semuanya menangis saat itu," beber Nana.
Saat hendak pulang, warga di pengungsian membuat oleh-oleh untuk diberikan kepada anggota Tagana. Bahkan mobil penuh oleh-oleh dari warga.
"Mereka membuat sendiri. Kata warga, itu harus dibawa," ujar Nana.
Sampai saat ini, warga Cianjur tetap menjalin silaturahmi dengan Tagana Pangandaran. Mereka tetap mengadakan komunikasi.
"Sudah menganggap kita sebagai keluarga," katanya.
Diakui Nana, banyak keluhan saat menjadi anggota Tagana. Namun sebisa mungkin keluhan itu dinikmati saja.
"Karena basic kita relawan," tegas dia.