Genap enam tahun, Maman menjalani profesinya sebagai tukang mulung di sepanjang aliran Sungai Cisangkuy.
Sebuah pekerjaan yang oleh sebagain orang dianggap rendahan dan erat dengan kemiskinan itu tetap ia jalani.
Maman sudah tidak mengenal malu, gengsi atau kata ganti lainnya. Baginya menghidupi anak dan istri menjadi prioritas ketimbang mempertimbangkan penilaian sosial dari masyarakat.
"Enggak ah, biasa saja, mungkin ada yang mencemooh atau merendahkan, tapi saya mah lurus saja, yang penting halal," tambah dia.
Baca juga: Kisah Pemulung di Yogyakarta Dapat Motor Baru dari Orang Tak Dikenal, Mengaku Pemberian Tuhan
Ia menceritakan, pekerjaannya bukan tanpa risiko, di tengah perahu yang terlihat sudah tidak layak, jauh dari kata aman, dan muatan yang kadang membuat perahu tak seimbang.
Maman terkadang merasa was-was, apalagi ketika hujan lebat dan arus sungai mulai deras.
"Wah kalau lagi deras juga saya was-was, kadang mengayuh itu harus ekstra, kalau gak tahu ilmunya dan gak tahu caranya udah bisa ke bawa arus kita," kata Maman.
Mulai dari perahu yang mengalami kebocoran di perjalanan, bertemu ular berukuran besar, hingga menemukan mayat pernah ia alami.
Namun, itu semua tak membuatnya gentar, ia tetap saja mengais rezeki untuk menghidupi keluarga.
"Kalau bocor mah udah sering, tapi sekarang mah sudah enggak panik, kalau harus lompat dan berenang demi keselamatan apa boleh buat," katanya.
Kala hujan deras dan banjir yang melanda masyarakat cakupannya cukup luas, para relawan dari pelbagai lembaga kerap meminta tenaganya untuk membantu mengevakuasi warga yang terjebak.
"Kadang suka bantu juga kalau emang lagi parah banjirnya, bersyukur juga sering diminta bantuan, yakin aja kalau bantu orang yang kesulitan kita juga pasti dipermudah waktu cari bantuan," beber dia.
Baca juga: Identitas Mayat Laki-laki Bertato di Sungai Citarum Terungkap, Ternyata Warga Subang
Tak hanya sampah plastik yang memiliki nilai jual yang kerap Maman ambil dari badan sungai, tapi sampah-sampah yang tak bernilai pun pasti diangkut.
"Kalau yang ukurannya besar ya pasti diangkut, kalau gan di naikan ke jalan ya saya buat ke TPS," bebernya.
Ibu Rodiah (38) yang kerap melihat aktivitas Maman mengatakan, kagum dengan keberanian dan apa yang di lakukan Maman di sepanjang Sunga Cisangkuy.
Ia memastikan, sosok Maman pasti ada di sungai sejak pagi sampai siang hari. Tak hanya musim kemarau, musim hujan sekalipun, kata dia, Maman selalu ada membersihkan sampah-sampah di bantaran sungai.
"Dia mah pasti ada, kerjanya sambil bersihin sampah juga," kata Rodiah.