Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Maung Lodaya, Harimau Jawa yang Jadi Maskot Fornas VII di Kabupaten Bandung

Kompas.com - 11/11/2022, 15:40 WIB
M. Elgana Mubarokah,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com - Harimau lodaya atau harimau Jawa (Panthera tigris sondaica) dipilih menjadi maskot untuk -Festival Olahraga Rekreasi Nasional (Fornas) ke-VII yang akan digelar pada Juli 2023 di Kabupaten Bandung, Jawa Barat.

Komite Olahraga Rekreasi Masyarakat Indonesia (KORMI) Jawa Barat Denda Alamsyah mengatakan, hewan yang akrab di sebut masyarakat Sunda sebagai maung lodaya ini dipilih karena beberapa alasan.

Pertama, melalui maskot ini, diharapkan peserta Fornas VII dan masyarakat Jawa Barat kembali ingat akan keberadaan maung lodaya.

Baca juga: Kabupaten Bandung Terpilih Jadi Venue Utama Fornas VII

"Masyarakat Jawa Barat khususnya, sudah tahu Maung Lodaya itu simbol kebanggan masyarakat Sunda, kita segarkan kembali (ingatannya)," katanya ditemui, Jumat (11/11/2022).

Denda berkata, maung lodaya bukan hanya simbol tetapi masyarakat Sunda menganggapnya sakral.

Tak aneh, kata Denda, beberapa instansi di Jawa Barat menggunakan Maung Lodaya sebagai simbol, seperti Kodam III Siliwangi atau Polda Jawa Barat.

"Kalau bicara Maung, itu masyarakat Jawa Barat sudah sangat paham bahwa Maung itu adalah lambang yang sudah disakralkan di Jawa Barat. Maka, dasar itu yang menjadi pertimbangan dan kami pilih (sebagai maskot Fornas VII)," ujar dia.

Selain itu, pihaknya juga berharap bahwa maskot ini dapat menyadarkan masyarakat tentang kondisi hutan saat ini yang berhubungan langsung dengan habitat satwa liar seperti harimau Jawa.

"Kita sadar, ini (maung lodaya) sudah menjadi binatang langka yang harus kita konservasi. Makanya kita angkat menjadi maskot Fornas ke-7," jelas dia.

Harimau Jawa dinyatakan punah 1980-an

Menurut International Union for Conservation Nature (IUCN), secara resmi harimau jawa (Panthera tigris sondaica) dinyatakan punah pada tahun 1980-an. Harimau jawa terlihat terakhir di Taman Nasional Meru Betiri, Jawa Timur 1976.

Populasi harimau Jawa diperkirakan masih ada 200-300 ekor pada tahun 1940. Namun seiring tahun, jumlah populasinya terus menurun hingga pada 1950 tercatat tinggal 25 ekor. Pada 1976, inilah terakhir kali sang raja hutan terlihat.

 

Penampakan harimau Jawa di Ujung Kulon pada 1938. IUCN menyatakan, harimau Jawa sudah punah pada 1980.WIKIMEDIA COMMONS/Andries Hoogerwerf Penampakan harimau Jawa di Ujung Kulon pada 1938. IUCN menyatakan, harimau Jawa sudah punah pada 1980.

Dibandingkan dengan jenis-jenis harimau di Benua Asia, harimau jawa terhitung bertubuh kecil. Namun harimau ini mempunyai ukuran tubuh yang lebih besar daripada harimau Bali dan kurang lebih sama besar dengan harimau sumatera.

Harimau jawa jantan mempunyai berat 100-140 kilogram, sementara yang betina berbobot lebih ringan, antara 75–115 kilogram. Panjang kepala dan tubuh hewan jantan sekitar 200 - 245 sentimeter sedangkan betinanya jauh lebih kecil.

Baca juga: Wakili Jateng, Offroader Pemalang Sabet Emas Fornas VI Palembang

Harimau jawa tercatat memiliki daya jelajah tidak melebihi ketinggian 1.200 meter di atas permukaan laut. Meski dinyatakan telah punah, cerita raja hutan ini kerap masih terdengar.

Denda berharap digunakannya Maung Lodaya sebagai simbol Fornas VII menjadikan para peserta memiliki energi seperti Maung Lodaya.

"Ada semangat yang harus ditiru, tangguh, memiliki daya tarung, penuh perhitungan, tepat sasaran dan kuat serta mampu bertahan, semangat itu harus digelorakan dalam event ini," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com