Ia melihat, calon pemilih di masa mendatang diyakininya tidak akan melihat sebuah penampilan sebagai syarat untuk menjadi orang nomer satu di Indonesia.
Pasalnya, masyarakat saat ini sudah paham betul, bahwa tampilan itu bisa diciptakan, baik dilebihkan atau dikurangi.
Tak hanya itu, pernyataan Jokowi, kata dia, masih bersifat multitafsir.
Baca juga: Ridwan Kamil Abadikan Yerry Yanuar Jadi Nama Gedung BKD Jabar
Pasalnya, tak sedikit orang yang berfikiran bahwa sosok yang bekerja keras itu memiliki tampilan sesuai dengan apa yang dikatakan Jokowi. Namun, lanjut dia, kenyataan di lapangan belum tentu senada.
"Sekarang kan persepsinya jadi rambut putih itu berfikir dan rambut hitam itu masih muda, padahal kan kenyataanya ada masyarakat biasa yang bukan siapa-siapa dan masih muda tapi rambutnya sudah putih. Jadi, gak bisa dikatakan bahwa berambut putih itu dominan memikirkan rakyat. Tapi, sekarang simbol itu jadi cukup kuat, simbol itu dianggap sebagai orang yang bekerja keras," tuturnya.
Menurutnya, publik juga jangan sampai menafsirkan apa yang direspons Ridwan Kamil sebagai bentuk kepercayaan diri untuk maju di tahun 2024.
Namun, sambung dia, masyarakat harus bisa melihat apa yang dilakukan orang nomor satu di Jawa Barat itu sebagai sebuah respons saja.
"Sebetulnya, ini tidak bisa dikatakan percaya diri atau tidak, ini hanya sebagai respon saja," tambahnya.
Baca juga: Ditanya soal Unggahan Foto Rambut Hitam di Instagram, Begini Tanggapan Ganjar
Meskipun, Ridwan Kamil mencoba untuk menambahkan atau mengurangi tampilannya, kata Dadang, hal itu belum tentu bisa membuat Kang Emil elektabilitasnya meroket.
"Karena itu tadi publik sudah bisa menilai bahwa tampilan itu bisa diciptakan atau dibentuk, dan belum tentu bisa signifikan elektabilitasnya, atau kepercayaan publiknya," kata dia.
Sebaiknya, jika Ridwan Kamil ingin melonjak elektabilitasnya, harus melakukan sebuah pembuktian yang sifatnya bisa dirasakan langsung, diketahui masyarakat bahkan diapresiasi.
"Jadi kalau menurut saya itu, jangan terpancing dengan simbol atau endorsement yang bersifat tampilan yang bersifat artifisial, kenapa? Karena sekarang masyarakat tak lagi memikirkan hal itu," ungkapnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.