Banjir luapan sungai Cimande, kata Ahamd, mulai meluap dan menutupi Candi Bojong Menje sejak Sabtu (17/12/2022) hingga Minggu (18/12/2022).
Air baru bisa surut pada Senin pukul 05.00 WIB.
Ahmad membenarkan setiap kali hujan deras melanda wilayah tersebut, dipastikan Candi Bojong Menje akan tertutup luapan sungai Cimande.
Baca juga: Pertama Kali, 500 Umat Buddha Ikuti Pabbajja Samanera di Candi Borobudur
Biasanya, jika banjir datang, ketinggian muka air hanya berkisar antara 70 sampai 80 sentimeter.
"Memang sering terkena banjir, tapi banjir paling parah itu baru kemarin, ketinggian hampir satu leher orang dewasa, kurang lebih 130 sampai 150 sentimeter," kata dia.
Tidak hanya meninggalkan sampah yang berserakan, saat air mulai surut, banjir juga kerap membawa endapan lumpur setinggi 5 sentimeter.
Menurutnya, banjir yang kerap membuat Candi Bojong Menje terendam merupakan luapan Sungai Cimande yang sebelumnya meluap ke permukiman warga.
Kemudian, air dari pemukiman warga tersebut terus maju dan akhirnya datang ke titik Candi Bojong Menje.
Baca juga: Ayah dan Anak di Rancaekek Sengaja Tabrakkan Diri ke Kereta Melintas
Dalam satu tahun, lanjut dia, Candi Bojong Menje bisa terendam tujuh sampai delapan kali.
"Banjir awalnya dari pemukiman warga, kemudian maju ke pembuangan, tapi pembuangannya kecil, jadi kalau airnya gede tetap saja meluap," ungkapnya.
Saat musim hujan atau hujan deras sedang turun, ia dan keluarganya kerap langsung datang ke lokasi candi untuk mengantisipasi agar banjir tidak berlangsung lama.
"Jadi saya kalau lagi di Candi, kemudian situasi lagi hujan besar, saya langsung terjun ke pembuangan untuk membersihkan pembuangan agar air sirkulasinya enggak parah ke candi," kata dia.