Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Desa di Kabupaten Bandung Keluhkan Jalan Belum Diperbaiki Sejak Masa Kemerdekaan

Kompas.com, 3 Januari 2023, 17:28 WIB
M. Elgana Mubarokah,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com - Warga di Desa Sugihmukti dan Desa Tenjolaya, Kecamatan Pasirjambu, Kabupaten Bandung, Jawa Barat mengeluhkan kondisi jalan penghubung antara Kabupaten Bandung, Cianjur dan Garut yang tidak kunjung diperbaiki.

Pantauan Kompas.com, Jalan alternatif menuju Cianjur dan Garut tersebut terbentang sepanjang 20 kilometer, dari Kabupaten Bandung hingga ke perbatasan Cianjur dan Garut.

Sejak pertama masuk melalui jalur Desa Sugihmukti, kondisi jalan cukup mengkhawatirkan, bebatuan kecil serta pasir menjadi pengganti aspal dan beton.

Baca juga: Jalan Rusak dan Tiang Listrik Roboh akibat Abrasi di Sumbawa

Hanya beberapa titik saja di jalan penghubung tersebut yang sudah mengalami perbaikan, sisanya lebih mirip sungai yang kering.

Kubangan lumpur sedalam 15 hingga 20 sentimeter kerap dijumpai di jalur tersebut, lumpur coklat serta batuan sebesar helm dipastikan menjadi panorama yang bertahun-tahun harus dinikmati warga.

Warga di Desa Sugihmukti dan Desa Tenjolaya, Kecamatan Pasirjambu, Kabupaten Bandung, Jawa Barat mengeluhkan ihwal kondisi jalan penghubung antara Kabupaten Bandung, Cianjur dan Garut yang tak kunjung diperbaiki.KOMPAS.COM/M. Elgana Mubarokah Warga di Desa Sugihmukti dan Desa Tenjolaya, Kecamatan Pasirjambu, Kabupaten Bandung, Jawa Barat mengeluhkan ihwal kondisi jalan penghubung antara Kabupaten Bandung, Cianjur dan Garut yang tak kunjung diperbaiki.

Tidak jarang, banyak kendaraan warga yang selip, karena lumpur yang dalam, atau mengalami kecelakaan kecil.

Kondisi jalan tersebut akan bertambah mengkhawatirkan saat musim hujan.

Baca juga: Jalan Rusak di Ketapang Tergenang Air, Sepeda Motor Mogok, Truk Antre Panjang

Pasalnya, lumpur yang sudah menjadi hiasan jalan, akan bertambah banyak serta bebatuan tentunya akan bertambah licin.

Terkadang, kondisi seperti itu membuat warga dari kedua Desa mengalami hambatan saat akan beraktivitas.

Hal tersebut dikeluhkan oleh Gunawan (53) warga Kampung Cerem, Desa Sugihmukti, Kecamatan Pasirjambu, Kabupaten Bandung.

Warga Desa Sugihmukti dan Desa Tenjolaya, Kecamatan Pasirjambu, Kabupaten Bandung, Jawa Barat mengeluhkan ihwal kondisi jalan penghubung antara Kabupaten Bandung, Cianjur dan Garut yang tak kunjung diperbaiki.KOMPAS.COM/M. Elgana Mubarokah Warga Desa Sugihmukti dan Desa Tenjolaya, Kecamatan Pasirjambu, Kabupaten Bandung, Jawa Barat mengeluhkan ihwal kondisi jalan penghubung antara Kabupaten Bandung, Cianjur dan Garut yang tak kunjung diperbaiki.
Dia menyebutkan, sejak pertama kali tinggal di Kampung Cerem kondisi jalan tersebut tidak pernah kunjung diperbaiki.

Bahkan, kata dia, jalan tersebut belum pernah diperbaiki sejak 25 tahun lalu.

"Kondisi kaya gini tuh sudah lama, semenjak saya kerja di perkebunan Paranggong 20 tahun lalu, tapi jauh sebelum saya ke sini juga kondisi Jalan ini emang enggak gini, rusak dan belum pernah diperbaiki," katanya ditemui, Selasa (3/1/2023).

Baca juga: Warga Bandung Barat Tanam Pohon Pisang sebagai Aksi Protes Jalan Rusak

Warga yang bekerja di perkebunan Paranggo atau memiliki lahan dan berkebun di sepanjang jalan tersebut, sudah dipastikan akan terhambat aktivitasnya.

Saat musim panen, kata dia, para petani di dua desa tersebut kerap mengeluhkan kondisi jalan, lantaran suplai sayuran yang terhambat serta kost perjalanan yang membengkak.

Warga Desa Sugihmukti dan Desa Tenjolaya, Kecamatan Pasirjambu, Kabupaten Bandung, Jawa Barat mengeluhkan ihwal kondisi jalan penghubung antara Kabupaten Bandung, Cianjur dan Garut yang tak kunjung diperbaiki.KOMPAS.COM/M. Elgana Mubarokah Warga Desa Sugihmukti dan Desa Tenjolaya, Kecamatan Pasirjambu, Kabupaten Bandung, Jawa Barat mengeluhkan ihwal kondisi jalan penghubung antara Kabupaten Bandung, Cianjur dan Garut yang tak kunjung diperbaiki.

Gunawan mengungkapkan untuk mencapai Ciwidey saja, warga kedua Desa, harus menghabiskan waktu selama tiga jam.

"Sangat mengganggu aktivitas kerja, ya maunya bagus, jadi perjalanan lebih cepat. Ini kan perjalanan dari Paranggong ke Ciwidey tiga jam, kalau misalkan bagus ya 1,5 jam mah nyampe," tambah dia.

Sejak pensiun di perkebunan Paranggo, hampir dua minggu sekali, dia menggunakan jalan tersebut.

Baca juga: Warga Gotong-Royong Perbaiki Jalan Rusak yang Diduga Sebabkan Warga Meninggal Usai Mobil Pikap Tertahan 5 Jam

Biasanya, dia menggunakan jalan itu untuk menjual hasil panen atau pergi berkebun.

Dia menambahkan, kondisi jalan yang buruk tersebut memanjang dari Kabupaten Bandung hingga perbatasan Cianjur.

Anehnya, kata dia, begitu sampai di wilayah Cianjur, jalan di sana kondisinya sudah lebih baik dari wilayah Kabupaten Bandung.

"Ini kan kan wilayah Kabupaten Bandung di sana ada perbatasan Cianjur, jalannya ya kaya gini," ungkapnya.

Gunawan berharap, jalan alternatif tersebut bisa segera diperbaiki agar mempermudah proses masyarakat beraktivitas.

"Ini kan melintasi Desa Sugihmukti dan Desa Tenjolaya, banyak masyarakat yang jatuh dari kendaraan, kalau saya berharapnya pengen segera diaspal, diperbaiki, karena saya yakin masyarakat di sini pengen nyobain jalan yang sudah bagus," terangnya.

Warga Desa Sugihmukti dan Desa Tenjolaya, Kecamatan Pasirjambu, Kabupaten Bandung, Jawa Barat mengeluhkan ihwal kondisi jalan penghubung antara Kabupaten Bandung, Cianjur dan Garut yang tak kunjung diperbaiki.KOMPAS.COM/M. Elgana Mubarokah Warga Desa Sugihmukti dan Desa Tenjolaya, Kecamatan Pasirjambu, Kabupaten Bandung, Jawa Barat mengeluhkan ihwal kondisi jalan penghubung antara Kabupaten Bandung, Cianjur dan Garut yang tak kunjung diperbaiki.
Belum diperbaiki sejak masa kemerdekaan

Sementara Kepala Desa Tenjolaya, Ismawanto Somantri membenarkan kondisi jalan yang belum pernah diperbaiki selama puluhan tahun.

Bahkan, Ismawawanto menyebutkan jalan tersebut belum pernah diperbaiki sejak masa kemerdekaan.

"Saya jadi Kades sudah dua periode, saya juga tahu sendiri ada Kades lainnya yang beberapa periode. Jangankan periode saya, sampai saat ini dalam kondisi jelek, sejak Indonesia belum merdeka pun ini jalan belum pernah diperbaiki," kata dia.

Baca juga: Penantian Warga Desa di Kabupaten Bandung, Sudah 12 Tahun Tunggu Jalan Rusak Diperbaiki

Dia juga membenarkan jika jalan yang rusak tersebut membentang sepanjang 20 kilometer.

Lantaran kerap menerima laporan banyaknya warga yang celaka di jalur tersebut, ia pernah sengaja berjalan kaki menyusuri jalan rusak tersebut untuk mengecek titik-titik yang rawan.

"Saya pernah nyoba jalan kaki, ini sampai ada 15 sentimeter air yang tergenangnya. Ini baru seperti ini. Sedangkan ke daerah sana ada yang lebih parah lagi dari ini," jelasnya.

"Kalau menghitung dari Desa Sugihmukti sampai ke Desa Tenjolaya, ini kurang lebih ada 15 kilometer. Apalagi kan Desa Sugihmukti dan Desa Tenjolaya berbatasan dengan Kabupaten Cianjur, ya bisa lah sampai 20 kilometer lebih," sambung dia.

Baca juga: Instagram Crazy Rich Joko Suranto Kini Dipenuhi Warga Minta Bantuan Perbaiki Jalan Rusak

Tidak hanya jalanan yang rusak, dia menyebut sepanjang jalur alternatif itu tidak ada lampu penerangan, serta fasilitas lainnya, seperti jembatan masih terbuat dari kayu.

Kendaraan yang mengalami mati mesin, selip atau celaka, kata dia, sudah menjadi hal yang biasa apabila melintasi jalur tersebut.

"Selain jalan ada juga jembatan yang sampai saat ini masih kayu. Itu dibuat oleh masyarakat itu sendiri. Pemerintah sampai dengan saat ini untuk wilayah Kampung Keneng sampai ke daerah Paranggong, Dewata, Garut dan Cianjur belum pernah tersentuh," tuturnya.

Warga Desa Sugihmukti dan Desa Tenjolaya, Kecamatan Pasirjambu, Kabupaten Bandung, Jawa Barat mengeluhkan ihwal kondisi jalan penghubung antara Kabupaten Bandung, Cianjur dan Garut yang tak kunjung diperbaiki.KOMPAS.COM/M. Elgana Mubarokah Warga Desa Sugihmukti dan Desa Tenjolaya, Kecamatan Pasirjambu, Kabupaten Bandung, Jawa Barat mengeluhkan ihwal kondisi jalan penghubung antara Kabupaten Bandung, Cianjur dan Garut yang tak kunjung diperbaiki.
Berupaya perbaiki

Kades yang sudah menjabat selama dua periode tersebut mengaku geram melihat kondisi itu.

Pasalnya, jika memasuki masa Pilpres, Pilkada dan Pileg semua warga di dua desa tersebut harus mengikuti pesta Demokrasi, tapi tetap saja para calon tidak memenuhi kewajibannya.

"Kadang saya kesel juga, hak-hak warga di sini enggak dipenuhi sama sekali, untuk perbaikan jalan saja minimal enggak ada tuh," katanya.

Baca juga: Instagram Crazy Rich Joko Suranto Kini Dipenuhi Warga Minta Bantuan Perbaiki Jalan Rusak

Kades yang disapa Isma itu menyebut perbaikan jalan merupakan kewenangan pemerintah Desa, tentu kondisi jalan tersebut sudah diperbaiki jauh sebelum menjabat.

"Kalau ini kewenangan wilayah desa, keuangannya mungkin akan saya perbaiki. Tapi karena ini bukan kewenangan desa, makanya kami gak bisa apa-apa," kata dia.

Menurutnya, jalan tersebut bukan hanya penting untuk kehidupan warga di dua Desa. Namun juga penting untuk mendorong percepatan pembangunan di Kabupaten Bandung. 

"Soalnya ini bukan hanya penghubung desa saya dan desa sugihmukti, tapi menghubungkan ke Cianjur dan wilayah Garut. Tadi kita lihat elf kan, nah itu kan kendaraan umum dari Cianjur. Saya kasian juga pengendara lika - liku bawa barang, kan bisa celaka," bebernya.

Pihaknya mengaku kerap berkoordinasi dan berupaya mengkomunikasikan kondisi tersebut, namun hingga kini masih belum ada respon.

"Saya dalam Musrenbang kan sering mengusulkan dan memasukan agar ini dapat diperbaiki. Tapi entah apa lah masih kaya gini, itu mungkin urusan pemerintah daerah atau pusat. Apalagi kan sangat banyak warga yang bertempat tinggal di sana" ujarnya.

Baca juga: Warga 2 Desa di KBB Tolak Ikut Pilkada 2024 karena Jalan Rusak, Begini Tanggapan Dinas PUTR

Dia berharap baik pemerintah Daerah atau Provinsi bisa dengan segara memperbaiki jalan tersebut.

Pasalnya, bagi masyarakat jalan alternatif itu hanya satu-satunya akses untuk beraktivitas.

"Mungkin masyarakat enggak berani untuk menyampaikan hal ini. Nah saya mewakili, mudah-mudahan ini bisa diperbaiki menjadi jalan yang layak dipakai sebagai lalu lintas masyarakat. Saya berharap ada perhatian khusus jalan ini. Soalnya kasian warga masyarakat, terutama yang sakit, yang mau melahirkan, bahkan saya pernah membawa mayat ke daerah saya Desa Tenjolaya dengan menggunakan jalan ini. Makanya kasian sekali masyarakat lihat kondisi jalan kaya gini," tambahnya.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Tak Bisa Turun dari Atap dan Terjebak Berjam-jam, Kakek di Bogor Dievakuasi Damkar Pakai Tandu ke Rumah Sakit
Tak Bisa Turun dari Atap dan Terjebak Berjam-jam, Kakek di Bogor Dievakuasi Damkar Pakai Tandu ke Rumah Sakit
Bandung
Dedi Mulyadi Jemput Warga Jabar yang Terdampak Banjir di Aceh
Dedi Mulyadi Jemput Warga Jabar yang Terdampak Banjir di Aceh
Bandung
Soal Penolakan Warga Terminal Cicaheum, Farhan Upayakan Relokasi ke TOD BRT Paling Ramai
Soal Penolakan Warga Terminal Cicaheum, Farhan Upayakan Relokasi ke TOD BRT Paling Ramai
Bandung
Forum Kiai NU Jawa Desak Pembentukan Panitia MLB, Nama Rhoma Irama Disebut
Forum Kiai NU Jawa Desak Pembentukan Panitia MLB, Nama Rhoma Irama Disebut
Bandung
Pakar Hukum Ingatkan Dedi Mulyadi: Surat Edaran Tidak Bisa Dibuat Seenaknya
Pakar Hukum Ingatkan Dedi Mulyadi: Surat Edaran Tidak Bisa Dibuat Seenaknya
Bandung
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Bandung
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Bandung
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Bandung
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Bandung
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Bandung
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Bandung
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Bandung
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Bandung
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau