Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gunung Sampah di Pasar Cileunyi Bikin Omzet Pedagang Turun, Satu Bulan Tak Diangkut hingga Pelanggan Kabur

Kompas.com - 02/02/2023, 12:57 WIB
M. Elgana Mubarokah,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com - Omzet dagangan Sabar (36) per harinya kian menurun. Pedagang kulit pastel dan sembako itu terpaksa harus menerima keadaan tersebut dengan lapang dada.

Namun, penurunan omzet dagangan Sabar bukan karena harga sedang tinggi atau isu resesi ekonomi.

Usaha Sabar terganggu oleh gunung sampah yang hanya berjarak satu meter di depan kiosnya, tepatnya di Pasar Cileunyi, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.

"Aneh, kalau saya bilang saya enggak keganggu, jelas terganggu," katanya saat ditemui, Kamis (2/1/2023).

Baca juga: Usai Laga PSIS Vs Persib, Ganjar Geleng-geleng Kepala Melihat Tumpukan Sampah di Stadion Jatidiri Semarang

Sabar menyebutkan, saat sampah semakin bertambah dan menggunung tepat di depan kiosnya, saat itu pula pelanggan mulai kabur satu per satu.

Padahal, kata dia, penjual kulit pastel di Pasar Cileunyi terbilang jarang.

Gunung Sampah di Pasar Cileunyi, Kabupaten Bandung membuat para pedagang kehilangan omsetnya. Tak sedikit para pedagang yang kehilangan pembeli lantaran merasa jijik dengan sampah tersebut serta bau busuk yang menyengat.KOMPAS.COM/M. Elgana Mubarokah Gunung Sampah di Pasar Cileunyi, Kabupaten Bandung membuat para pedagang kehilangan omsetnya. Tak sedikit para pedagang yang kehilangan pembeli lantaran merasa jijik dengan sampah tersebut serta bau busuk yang menyengat.

Pelanggan yang kerap datang ke kiosnya mengaku merasa jijik dan tidak tahan dengan bau yang menyengat. Apalagi, jarak antara gunung sampah dan kios Sabar sangat dekat.

"Jujur saja saya merasa terganggu, pelanggan rada kurang terutama Ibu-ibu, risih sih pada bau," ujar dia.

Baca juga: Terbawa Gelombang Pasang, Sampah Kiriman Menumpuk di Pulau Masalembu Sumenep

Meski gunung sampah itu berada dekat dari kios miliknya, ia mengungkapkan tak ada alasan untuk menutup usahanya.

Ia tidak memedulikan kondisi bau yang menyengat, kiosnya dikerumuni lalat, hingga belatung yang pelan-pelan merayap ke bagian depan kiosnya.

"Tapi, kalau sampahnya udah melewati kios saya juga saya mah tetap buka, paling sih pelanggan atau saya ya lewat pinggir saja jalannya," tambahnya.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com