Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Dulu Desa Kami Jadi Pengungsian Warga Bantaran Kali, Sekarang Setiap Tahun Kebanjiran"

Kompas.com - 25/02/2023, 21:02 WIB
Farida Farhan,
Dita Angga Rusiana

Tim Redaksi

KARAWANG, KOMPAS.com - Somad (66) duduk di kursi depan rumahnya. Matanya memandangi area sekitar rumahnya yang kebanjiran.

Setelah menyesap kopi, Somad memakai sepatu. Berjalan, menyambagi dan berinteraksi dengan tetangga yang juga kebanjiran.

Ia juga memantau situasi sekeliling tempat tinggalnya, di Dusun Pangasinan, Desa Karangligar, Kecamatan Telukjambe Barat, Kabupaten Karawang, Jawa Barat.

Somad bercerita awal desanya Desa Karangligar kebanjiran, yakni sejak tahun 2007. Kemudian banjir terbesar, menurutnya terjadi pada tahun 2013 lalu.

"Saat itu karena deras, banyak domba dan sapi yang kebawa arus," ujar Somad kepada Kompas.com, Sabtu (25/2/2023).

Baca juga: Ayah dan Anak di Ende Hilang Diduga Terseret Banjir Bandang

Padahal, kata Somad, dahulu desanya menjadi tempat pengungsian warga bantaran sungai yang kebanjiran. Bahkan ternak pun turut diungsikan ke Desa Karangligar.

"Dulu desa kami jadi pengungsian warga bantaran kali, dari desa lain. Ternak juga diungsikan ke sini. Sekarang tiap tahun desa kami kebanjiran," ujar Somad.

"Ini sudah kesembilan kali. Kemarin banjir datang lagi," lanjutnya.

Somad pun berharap ada solusi dari pemerintah. Misalnya pembuatan pintu air di Sungai Cidawolong dan Kedunghurang yang dinilai dapat mempercepat banjir surut. Termasuk juga pengerukan sungai dan pembetulan drainase.

Ia juga tak keberatan jika pun harus direlokasi. Asalkan ganti ruginya jelas dan pantas.

"Kita ingin yang nyata," kata dia.

Hal yang sama juga disampaikan Nasam yang berharap ada solusi konkret dari pemerintah. Termasuk solusi jangka pendek seperti perbaikan drainase dan tanggul.

"Seperti saat ini, kami berharap tanggul di depan SDN Karangligar 1 segera diperbaiki. Karena air irigasi menjadi belok mengalir ke kampung kami," kata dia.

Saat ditemui Kompas.com sekitar pukul 17.00 WIB, Nasam bersama keluarga dan tetangganya masih bertahan di rumahnya. Warga di kampungnya telah meninggikan lantai rumah. Bahkan mereka juga membuat balai-balai yang cukup tinggi.

Baca juga: Banjir Landa Sejumlah Wilayah di Karawang, Ketinggian Air Capai 40 Cm

Ia juga menyiagakan perahu karet di rumah. Jika kondisi banjir menghawatirkan atau ada instruksi dari pihak terkait, maka ia dan warga lainnya akan melakukan evakuasi.

"Warga sudah kompak dan mengerti soal evakuasi. Namun jalur evakuasi menurut kami belum memadai," ujar dia.

Lebih lanjut, Nasam berharap ada bantuan yang bergudan dalam jangka panjang. Misalnya saja, mesin steam yang baru-baru ini diberikan ke desanya. Menurutnya, mesin ini sangat berguna untuk penanganan pascabanjir. 

"Jadi mesin steam digunakan untuk membersikan masjid dan rumah-rumah warga secara bergantian. Bergotong- royong," kata dia.

Baca juga: Penjelasan BMKG soal Potensi Hujan Lebat di Karawang pada 24 Februari hingga 2 Maret 2023

Dari pantauan Kompas.com, pada Sabtu (25/2/2023), ketinggian banjir di Desa Karangligar bervariasi yakni mulai dari 30 cm. Adapun Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Karawang belum memberikan jawaban saat dikonfirmasi soal data banjir di Desa Karangligar terbaru.

Pada Jumat (24/2/2023), Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Karawang Ferry Muharram menyebutkan, Dusun Pengasinan dan Kampek Desa Karangligar telah dilanda banjir. Namun datanya masih proses assesment.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com