GARUT, KOMPAS.com - Kasus guru mengaji yang mencabuli muridnya di Garut membuat banyak warga prihatin. Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Garut pun memastikan bahwa guru mengaji tersebut adalah ustaz palsu.
Ketua Forum Pondok Pesantren Kabupaten Garut KH Aceng Nurjaman melihat, masyarakat saat ini cenderung sembarangan dalam memberi ajaran agama kepada anaknya. Sebab, tidak memperhatikan sanad ilmu dari guru mengaji yang mengajarkan anaknya.
"Belajar agama harus dari guru yang punya guru, lalu gurunya punya guru lagi, terus sampai tersambung ke Rasulullah. Ini yang dimaksud sanad ilmu," jelas Aceng, Sabtu (3/6/2023), saat dihubungi lewat telepon genggamnya.
Baca juga: Guru Ngaji di Garut Ceritakan Kisah Nabi Luth Sebelum Cabuli Belasan Muridnya
Aceng yang juga pimpinan Pondok Pesantren Najaahan di Kecamatan Bayongbong menegaskan, dengan sanad keilmuan dari guru-guru yang jelas dan berakhlak mulia, maka ilmu yang didapat dipastikan melalui proses yang baik dan benar, bukan proses instan.
"Orang yang mengajarkan agama tanpa sanad ilmu yang jelas, cenderung berkata sesuka hatinya, sanad ilmu seperti rel yang akan terus membimbing seorang guru ngaji," ujarnya.
Belajar agama dengan memperhatikan sanad ilmu, menurut Aceng, juga merupakan bentuk pengamalan hadits Rasulullah SAW yang menyebutkan bahwa Nabi Muhammad Rasulullah SAW adalah kota ilmu dan barang siapa yang ingin masuk kotanya, maka harus melalui pintu.
Mereka yang masuk ruangan atau rumah tanpa melalui pintu, sama halnya dengan pencuri.
Karenanya, Aceng mengingatkan kepada para orangtua yang ingin memberi pelajaran agama pada anaknya, harus benar-benar memperhatikan sanad ilmu guru yang akan mengajarkan anaknya.
"Harus ngaji pada kiai yang jelas gurunya, sumber ilmunya dari mana, harus jelas, agar terhindar dari aliran dan perilaku menyimpang," tegasnya.
Baca juga: 12 Anak Jadi Korban Pencabulan Guru Ngaji AR di Bandung, Polisi Buka Posko Pengaduan
Aceng pun mengajak para orangtua untuk mendidik agama anak-anaknya di pondok pesantren yang dipimpin kiai dengan sanad ilmu yang jelas.
Pasalnya, pondok pesantren yang dipimpin ulama dengan sanad ilmu yang jelas telah banyak memberi kontribusi dalam mencetak ulama dan santri yang jadi benteng tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
"Kalau sekolah buat anak orangtua nyari sekolah favorit walau biaya mahal, buat pendidikan agama anak, orangtua harus lebih teliti dan berani berkorban, karena agama bekal ke akhirat kelak, bukan hanya bekal di dunia," tutup Aceng.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.