Hasil pemeriksaan Rumah Sakit Hermina, korban mengidap penyakit tetanus yang dibuktikan dengan hasil laboratorium.
"Selama perawatan, kemungkinan ini penyebab tetanus karena infeksi. Ini dibuktikan ada pemeriksaan lab mengarah leukosit tinggi dan hasil rontgen ada tanda-tanda infeksi, ditambah di telinga ada cairan infeksi," ucapnya.
Selama dalam perawatan di instalasi gawat darurat (IGD), kondisi MHD semakin kritis sehingga dirawat di ICU selama tiga hari.
"Namanya infeksi berat bisa mengkibatkan koma atau penurunan kesadaran. Jadi penyebab kematian perjalanan dari penyakit yaitu tetanus berikut dengan infeksinya." ucap Andreas.
Pihak rumah sakit juga sudah memberitahukan hal ini kepada keluarga pada saat sebelum tindakan kegawatan dan sesudah pasien meninggal.
Tim medis rumah sakit menduga, MHD tak mendapatkan imunisasi tetanus secara utuh sewaktu masa imunisasi anak.
"Waktu itu kita tanyakan riwayat imunisasi ternyata dari orangtua memang riwayat imunisasinya tidak lengkap. Cuma orangtua tidak tahu, tidak dilakukan imunisasi tetanus (lalu) ada infeksi tertentu tanpa ada trauma tertusuk itu bisa (tetanus)," tutupnya.
Sementara, dokter spesialis forensik RSUD Syamsudin, Nurul Aida Fathia, mengatakan, pada saat ekshumasi, kondisi jasad korban sudah mengalami pembusukan.
Pada saat dilakukan ekshumasi sudah 11 hari pasca-dikuburkan, tim medis menemukan tanda luka, tapi bukan luka akibat tindakan medis.
"Jadi ditemukan di punggung tangan akibat infus, kemudian di pergelangan tangan, lengan bawah, dan beberapa di lengan atas ada memar itu bisa akibat dari tindakan medis," ujarnya.
Aida menjelaskan, beberapa sampel tubuh, di antaranya wajah, dada, dan paru-paru korban, diambil untuk diuji di laboratorium karena keluarga menduga ada tanda kekerasan.
Beberapa sampel yang diambil yaitu di bagian paru-paru, ditemukan bahwa korban mengalami gangguan pernapasan.
"Ternyata dari hasil pemeriksaan laboratorium pun tidak ditemukan adanya tanda kekerasan. Dalam hal ini dari lab bisa kelihatan karena tidak ada pendarahan di situ. Dari otot tidak ada (pendarahan), dari kulit tidak ada. Artinya itu bisa menyingkirkan tanda kekerasan. Jadi memang ada kondisinya, gangguan pada paru-paru atau gangguan napas," ujarnya.
Berdasarkan temuan tersebut, pihak forensik menyimpulkan bahwa MHD meninggal dunia akibat penyakit dan mati lemas.
"Betul, mengarahnya ke penyakit karena organ dalamnya pun itu mengarah ke penyakit yang menyebabkan dia kekurangan oksigen dan mati lemas," ucapnya.