Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mencari Keadilan Atas Tewasnya Siswa SMP Saat MPLS di Sukabumi, Ayah Korban: Nyawa Enggak Bisa Dibeli

Kompas.com, 26 Juli 2023, 17:02 WIB
Riska Farasonalia

Editor

KOMPAS.com - Keluarga siswa baru yang tewas tenggelam diduga saat mengikuti Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) di sekolah meminta keadilan atas kasus tersebut.

Sebelumnya, korban, MA (13) siswa kelas 7 Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Ciambar, Sukabumi, Jawa Barat itu ditemukan dalam kondisi tak bernyawa di Sungai Cileuleuy, Sabtu (22/7/2023) sore.

Kasus tersebut terungkap saat keluarga mengetahui ada kejanggalan atas kematian korban.

Baca juga: Kronologi Siswa SMP di Sukabumi Tewas Saat MPLS, Sekolah Sempat Tak Tahu hingga Keluarga Inisiatif Mencari Sendiri

Keluarga minta keadilan

Orangtua korban, Iman (39) meminta keadilan atas peristiwa yang dialami anaknya.

Dirinya tak bisa menahan kesedihan karena kematian putranya.

Saat ini perkaranya sudah diserahkan kepada pihak kepolisian untuk mengusut hingga tuntas.

"Kami hanya minta keadilan untuk anak saya, sedangkan nyawa itu gak bisa dibeli, susah Pak," kata dia, Senin (24/7/2023).

Kegiatan MPLS

Iman bercerita, anak pertamanya itu baru masuk kelas 7 di SMPN 1 Ciambar.

Saat kejadian, anaknya sedang mengikuti MPLS di sekolah.

"Sepengetahuan saya anak saya sedang ikut MPLS, ikuti kegiatan di sekolah," ungkap dia.

"Hanya saja saya berpikir kegiatannya itu di sekolah saja. Saya nggak tahu kegiatannya ada di luar sekolah," sambung Iman yang bekerja di Jakarta.

3 kali dicari ke sekolah

Menurut dia, peristiwa yang dialami anaknya itu awalnya diketahui istrinya, dan bukan dari pihak sekolah.

Sebelumnya ada teman anaknya yang mengembalikan sabuk ke rumah diterima oleh istrinya.

"Istri saya bertanya kepada temannya itu, anak saya ke mana. Karena tidak mengetahui lalu istri saya menyusul ke sekolah," ujar Iman.

Namun, saat istrinya berada di sekolah juga tidak ada yang mengetahui dan melihat anaknya.

Lalu istrinya terus mencari tahu keberadaan anaknya.

Selain istrinya yang menyusul ke sekolah, juga ada anggota keluarga yang kembali mendatangi sekolah.

Pencarian ke sekolah ini hingga sampai tiga kali namun hasilnya tidak ditemukan.

"Mungkin kalau istri saya tidak ke sekolah, anak saya sampai sekarang nggak tahu ketemu atau enggak," ucap dia.

Baca juga: Selidiki Kematian Siswa SMP Peserta MPLS di Sukabumi, Polisi Bongkar Makam Korban

Tenggelam di sungai

Lokasi penemuan mayat siswa sekolah menengah pertama di Sukabumi, Jawa Barat, yang meninggal tenggelam setelah mengikuti rangkaian acara masa pengenalan sekolahnya.DOK POLRES SUKABUMI Lokasi penemuan mayat siswa sekolah menengah pertama di Sukabumi, Jawa Barat, yang meninggal tenggelam setelah mengikuti rangkaian acara masa pengenalan sekolahnya.

Karena tidak ada kabar yang jelas, lanjut Iman, akhirnya pihak keluarga bersama warga kampung berinisiatif mencari anaknya.

Upaya pencarian juga diantar teman anaknya ke lokasi sungai.

"Anak saya akhirnya ditemukan tenggelam di sungai Cileuleuy dalam kondisi meninggal dunia. Lalu dari lokasi langsung dibawa ke sini (rumah) dengan motor," jelas Iman.

Diikuti 120 siswa

Saat ini, belum diketahui pasti penyebab tewasnya bocah asal Kampung Selaawi, Desa Cibunarjaya, Kecamatan Ciambar tersebut.

Pihak Polres Sukabumi masih menyelidiki perkaranya.

Kepala Kepolisian Resor Sukabumi AKBP Maruly Pardede mengatakan, MPLS yang berisi kegiatan lintas alam itu diikuti oleh 120 siswa.

Kejadian itu kini diselidiki Unit Perlindungan Perempuan dan Anak Satuan Reserse Kriminal Kepolisian Resor Sukabumi, sudah dua saksi diperiksa.

"Baik dari saksi yang ada di lokasi saat kejadian dan pihak sekolah serta melakukan penyelidikan lebih lanjut," katanya.

Makam dibongkar

Dalam mengusut kasus tersebut, polisi membongkar makam korban untuk dilakukan otopsi, Selasa (25/7/2023), atas seizin orangtua korban.

Sementara pembongkaran makam atau ekshumasi dilakukan di pemakaman keluarga korban di Kampung Selaawi Hilir, Desa Cibunarjaya, Kecamatan Ciambar, Sukabumi, Jawa Barat, Selasa.

Proses ekshumasi dan otopsi berlangsung selama dua jam.

Selain petugas kepolisian dari Polsek Nagrak dan Polres Sukabumi serta tim forensik RSUD Sekarwangi, Cibadak, juga disaksikan keluarga dan kerabat korban.

"Dua jam, tingkat kesulitan biasa aja. Sampel yang dibawa paru-paru. Tidak ada yang bisa dijelaskan lebih lanjut silakan ke penyidik saja," ungkap dokter spesialis forensik, dr Arif Wahyono, kepada awak media selesai otopsi di Ciambar, Selasa.

Otopsi jenazah

Maruly menjelaskan, otopsi terhadap jenazah almarhum merupakan upaya kepolisian dalam mencari atau mengetahui penyebab meninggalnya korban, dan untuk kepentingan penyelidikan bahkan sampai proses penyidikan.

"Untuk hasilnya nanti kita tunggu hasil dari bagaimana proses yang dilakukan oleh tim forensik RSUD Sekarwangi," jelas dia, Selasa siang.

Saat ini proses penyelidikan sudah berlangsung oleh tim penyidik dari Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Satuan Reserse Kriminal (Sat Reskrim) di Palabuhanratu.

"Kami meminta semua pihak untuk mempercayakan proses penanganan kasus meninggalnya pelajar di Ciambar ini kepada pihak kepolisian," kata Maruly.

Baca juga: Siswa SMP Tewas Tenggelam Saat MPLS di Sukabumi, Ayah Korban Minta Keadilan

Keluarga izinkan otopsi

Sementara perwakilan keluarga korban, Wawan Ruswandi, mengatakan, pihak keluarga telah mengizinkan untuk dilakukannya otopsi jenazah.

Hal ini untuk mengetahui penyebab kematian korban dan untuk penyelidikan kepolisian.

"Awalnya keluarga tidak mau diadakan otopsi, tapi kami akhirnya menyerahkan sepenuhnya sesuai prosedur hukum kepada pihak yang berwenang," ujar kakak dari ibu korban kepada awak media di Ciambar.

"Ini juga untuk menerangbenderangkan. Karena selama ini masih simpang siur bahwa anak kejadiannya di luar kegiatan sekolah. Padahal, anak kami (korban) masih mengenakan seragam sekolah," sambung dia.

Sumber: Kompas.com (Penulis Kontributor Sukabumi, Budiyanto | Editor Gloria Setyvani Putri, Michael Hangga Wismabrata)

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Tak Bisa Turun dari Atap dan Terjebak Berjam-jam, Kakek di Bogor Dievakuasi Damkar Pakai Tandu ke Rumah Sakit
Tak Bisa Turun dari Atap dan Terjebak Berjam-jam, Kakek di Bogor Dievakuasi Damkar Pakai Tandu ke Rumah Sakit
Bandung
Dedi Mulyadi Jemput Warga Jabar yang Terdampak Banjir di Aceh
Dedi Mulyadi Jemput Warga Jabar yang Terdampak Banjir di Aceh
Bandung
Soal Penolakan Warga Terminal Cicaheum, Farhan Upayakan Relokasi ke TOD BRT Paling Ramai
Soal Penolakan Warga Terminal Cicaheum, Farhan Upayakan Relokasi ke TOD BRT Paling Ramai
Bandung
Forum Kiai NU Jawa Desak Pembentukan Panitia MLB, Nama Rhoma Irama Disebut
Forum Kiai NU Jawa Desak Pembentukan Panitia MLB, Nama Rhoma Irama Disebut
Bandung
Pakar Hukum Ingatkan Dedi Mulyadi: Surat Edaran Tidak Bisa Dibuat Seenaknya
Pakar Hukum Ingatkan Dedi Mulyadi: Surat Edaran Tidak Bisa Dibuat Seenaknya
Bandung
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Bandung
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Bandung
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Bandung
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Bandung
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Bandung
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Bandung
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Bandung
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Bandung
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau