BANDUNG BARAT, KOMPAS.com - Seorang perempuan tua berjalan tergopoh menggendong balita menuju balai Desa Sarimukti, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Jawa Barat.
Nenek itu berjalan cepat mengarah ke petugas medis yang berada di Posko Kesehatan Dampak Kebakaran Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sarimukti. Rupanya, ia ingin memeriksa kondisi sang cucu yang mengalami sesak napas hebat.
Daffa, bocah 2,5 tahun, mengalami gangguan pernapasan akut. Di atas pangkuan sang nenek, paru-parunya memompa oksigen lebih cepat.
Baca juga: Padamkan Api via Udara, Helikopter Water Bombing Terbang ke TPA Sarimukti Besok
Wajahnya pucat pasi, tangis, dan sesak beradu, bocah kecil itu hanya berlinang air mata dengan suara mengerang kesakitan.
Dokter di posko kesehatan itu langsung bergerak meraih tabung oksigen, selang sepanjang lebih kurang 1 meter kemudian dipasangkan dan alat bantu pernapasan dipasang ke lubang hidung demi melancarkan pernapasan Daffa.
"Daffa mengalami sesak napas sejak ada kebakaran sampah. Tadinya gak separah ini, tapi setelah berhari-hari napasnya kayak gini, makanya saya langsung periksain," ujar Dedeh (55), nenek Daffa, saat ditemui di Posko Kesehatan.
Daffa mengalami infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) imbas menghirup asap kebakaran TPA Sarimukti.
Baca juga: Mengenal TPA Sarimukti, Muara Sampah Bandung Raya yang Akan Digantikan TPPAS Legok Nangka
Daffa adalah korban dengan kondisi terparah di dalam keluarga Dedeh yang mengalami gangguan pernapasan.
Selama enam hari, keluarga Dedeh seolah hidup dalam labirin asap yang tak berkesudahan.
Api di TPA Sarimukti tak henti-henti mengamuk. Semua zona pembuangan kini sudah tak tertolong, lahan sampah dan satu alat berat ekskavator hangus terbakar.
"Satu keluarga kena. Saya juga batuk. Ada satu lagi kakaknya juga mengalami batuk sama sesak, tapi enggak separah Daffa," kata Dedeh.