Ia mengakui, tergabung dalam salah satu kelompok motor yang kerap berurusan dengan aparat penegak hukum.
Lingkungan serta beban keluarga, membuatnya harus mencari ruang ekspresi. Katanya, kala itu, ia menemukan jati dirinya di kelompok tersebut.
Alkohol hingga obat-obatan, menjadi teman akrabnya selepas menanggalkan seragam sekolah.
Baca juga: Anak Berhadapan Hukum di Pangkalpinang Didominasi Kasus Asusila, Dinas Andalkan RPS
Alih-alih sekolah dalam program Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) waktu senjang itu, membuat Akun lepas kendali.
"Waktu itu kan masih Covid-19, belajar juga juga jarang di sekolah. Waktunya banyak main saja, ya kitu we lah (gitu saja) semakin enggak kendali," bebernya.
Kendati tergolong anak yang nakal versi masyarakat, Akun mengaku tak pernah berbuat ulah di lingkungan sekolah.
Pasalnya, kata dia, sekolah banyak memberinya pertolongan terutama dalam sisi pembiayaan.
"Enggak, saya di sekolah termasuk aman, ya kalau main di lingkungan sekolah SMP dulu saya suka main sama yang 'nakal', tapi enggak pernah sampai bikin masalah. Saya sadar juga banyak dibantu, saya tuh kalau dibilang nakalnya ya di luar," ujar Akun.
Baca juga: Anak Terdakwa Pencurian Kembali Bersekolah berkat Hakim dan Perjuangan Bapas
Lahir di keluarga pas-pasan, membuat ia harus mencari uang jajan tambahan dari jalur lain.
Selepas ayahnya meninggal pada 2017, kehidupan ekonomi keluarganya semakin merosot.
Idam sang Ayah, kata Akun, tak meninggalkan apa-apa. Ayahnya merupakan satpam di salah satu pabrik di Rancaekek.