Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Mantan Anak Berhadapan Hukum, Berjuang Lawan Stigma dan Diskriminasi

Kompas.com - 25/08/2023, 13:32 WIB
M. Elgana Mubarokah,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

 

Sedangkan, Kaka pertamanya hanya berprofesi sebagai pembuat kandang dan menjual pakan burung. Kakak keduanya, hanya berprofesi sebagai tukang ojek.

Belum lagi keadaan Covid-19 yang membuat roda perekonomian masyarakat di bawah semakin tercekik membuat situasi di rumah tak lagi nyaman dan hanya uang yang membuat kondisi di rumah semakin harmonis.

"Kalau dibilang ya serba butuh, Bapak sudah enggak ada, Ibu di rumah enggak kerja atau usaha, jadi kita bertiga yang cari duit sekarang. Saya dulu juga sekolah cari duit tambahan di luar," bebernya.

Baca juga: Buah Perjuangan Nakes di Wilayah Perbatasan: Kini Ibu Hamil Mau Melahirkan di Puskesmas

Latar belakang hidup yang tidak berjarak dengan garis kemiskinan menyebabkan Akun harus berpikir ekstra untuk mencari biaya tambahan, untuk bekal sekolah.

Lantaran merasa besar di kelompok motornya. Akun memanfaatkan jaringan untuk sekedar mendapatkan rupiah, kala itu ia mengaku sempat menjadi juru parkir.

"Parkir di mini market pernah, terbilang sering. Tapi paling seringnya saya malakin anak sekolah lain, karena itu tadi merasa punya beking kelompok saya, saya manfaatin itu," tuturnya.

Sesuatu yang dianggapnya menyenangkan serta menjadi solusi kala itu, justru membuatnya harus berurusan dengan hukum.

Akun terlibat dalam kasus pembegalan dengan kekerasan yang menyebabkan ia harus mendekap di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas II Bandung selama 3 tahun 6 bulan.

"Dulu juga melakukan itu karena terpaksa, butuh uang buat yang di rumah. Tapi enggak tahu harus gimana, akhirnya itu kriminal jatuhnya," terang dia.

Akun tak berkenan menceritakan bagaimana kehidupan selama tiga tahun menjalani masa kurungan.

Baca juga: Cerita Balita yang Dilarikan ke RS Setelah 6 Hari Menghirup Asap dari TPA Sarimukti

Ia hanya menyebut, tiga tahun membuat dirinya trauma dan tak mau lagi berurusan dengan hukum.

Ditanya terkait fasilitas pendidikan dan konseling, Akun mengatakan mengikuti pendidikan Paket C (setara SMA).

"Lucunya, selama tiga tahun saya ya katakanlah lulusan di dalem (istilah lain penyebutan penjara), enggak mau lagi, cukup," katanya.

Diskriminasi dan stigma yang melekat

Usai menjalani masa tahanan, Akun mengaku tak tahu harus berbuat apa. Ia hanya yakin, situasi dan kondisi di lingkungannya akan seperti semula. Sama seperti dulu.

Ia hanya memupuk mental agar bisa bersikap biasa saja tanpa memikirkan kembali apa yang telah dijalaninya. Pun dengan pikiran orang-orang, ia berharap tak ada perubahan sedikit pun.

"Atoh atuh, kabayang geus lila (Senang sekali, hal yang sudah dibayangkan sejak lama) tapi, ternyata enggak mudah juga, berubah semuanya," kata dia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kronologi Kecelakaan Bus Siswa SMK Lingga Kencana Depok di Subang yang Tewaskan 11 Orang

Kronologi Kecelakaan Bus Siswa SMK Lingga Kencana Depok di Subang yang Tewaskan 11 Orang

Bandung
11 Orang Tewas Kecelakaan Bus Siswa SMK Lingga Kencana Depok di Ciater Subang

11 Orang Tewas Kecelakaan Bus Siswa SMK Lingga Kencana Depok di Ciater Subang

Bandung
6 Ambulans dari Bandung Barat Diterjunkan Bantu Evakuasi Kecelakaan Bus di Ciater Subang

6 Ambulans dari Bandung Barat Diterjunkan Bantu Evakuasi Kecelakaan Bus di Ciater Subang

Bandung
Kecelakaan di Subang, Bus Rombongan SMK Depok Tabrak Sejumlah Kendaraan

Kecelakaan di Subang, Bus Rombongan SMK Depok Tabrak Sejumlah Kendaraan

Bandung
Kecelakaan Bus di Ciater, RSUD Subang: 9 Orang Tewas, 20 Luka

Kecelakaan Bus di Ciater, RSUD Subang: 9 Orang Tewas, 20 Luka

Bandung
Korban Tewas Kecelakaan Bus Siswa SMK Depok di Subang Bertambah Jadi 9 Orang

Korban Tewas Kecelakaan Bus Siswa SMK Depok di Subang Bertambah Jadi 9 Orang

Bandung
Bus Kecelakaan di Subang Dinaiki Siswa SMK Lingga Kencana Depok, 4 Orang Tewas

Bus Kecelakaan di Subang Dinaiki Siswa SMK Lingga Kencana Depok, 4 Orang Tewas

Bandung
Kecelakaan Maut di Ciater Subang, 4 Orang Tewas di TKP

Kecelakaan Maut di Ciater Subang, 4 Orang Tewas di TKP

Bandung
Bus Pariwisata Kecelakaan di Subang, Sejumlah Korban Tergeletak di Jalan

Bus Pariwisata Kecelakaan di Subang, Sejumlah Korban Tergeletak di Jalan

Bandung
Kisah Tragis Vina Cirebon dan Kebrutalan Geng Motor Rekayasa Kematian

Kisah Tragis Vina Cirebon dan Kebrutalan Geng Motor Rekayasa Kematian

Bandung
2 Pembunuh Wanita dalam Karung di Cirebon Ditangkap, Korban Sempat Diperkosa

2 Pembunuh Wanita dalam Karung di Cirebon Ditangkap, Korban Sempat Diperkosa

Bandung
Prakiraan Cuaca Bogor Hari Ini Sabtu 11 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Petir

Prakiraan Cuaca Bogor Hari Ini Sabtu 11 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Petir

Bandung
Partai Nasdem Tak Terima Pendaftaran Calon Walkot Bandung Selain Kader

Partai Nasdem Tak Terima Pendaftaran Calon Walkot Bandung Selain Kader

Bandung
Omzet Batik Chanting Khas Lebak Kembali Normal, Rp 250 Juta Per Bulan

Omzet Batik Chanting Khas Lebak Kembali Normal, Rp 250 Juta Per Bulan

Bandung
Pencurian Saat Syukuran di Bandung, Pelaku Beraksi Saat Pura-pura ke Toilet

Pencurian Saat Syukuran di Bandung, Pelaku Beraksi Saat Pura-pura ke Toilet

Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com