Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Mantan Anak Berhadapan Hukum, Berjuang Lawan Stigma dan Diskriminasi

Kompas.com - 25/08/2023, 13:32 WIB
M. Elgana Mubarokah,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

 

Akun menuturkan, keahlian sablon didapatkannya ketika sedang berada di tahanan.

Meski fasilitas belajar sablon merupakan bagian dari perhatian negara kepadanya.

Namun, setelah keluar dari tahanan bahkan hingga hari ini tawaran pekerjaan dari pemerintah tak kunjung datang.

"Enggak pernah ada, ya udah keluar ya keluar aja. Kalau kerja dapet dikasih dari teman waktu di dalam iya, kalau dari pemerintah belum ada, kemarin aja bantuan buat Ibu saya yang jelas bukan yang menjalani hukum enggak di cariin, apalagi ke saya enggak ada perhatiannya," ujar dia.

Diskriminasi tak hanya datang dari orang luar. Keluarga terdekat pun kerap melakukannya. Hal itu seolah melegitimasi bahwa Akun seperti tak diperbolehkan lagi hidup layak, paling tidak diterima di kalangan masyarakat.

"Kalau saudara ya ada saja, kayanya kalau ketemu terus membicarakan yang sudah-sudah, kadang itu bikin saya down juga. Padahal, setahun ini saya enggak ngapa-ngapain, sudah fokus nyari duit buat keluarga," tambahnya.

Baca juga: Dilema Jerat Hukum Pemerkosa Remaja di Hutan Kota, Tersandung Status Anak Berhadapan Hukum (ABH)

Akun menyebut, pemerintah seharusnya memberikan bimbingan konseling lanjutan pada ABH.

Pasalnya, ia merasakan sendiri bagaimana hidup berdampingan dengan stigma dan harus berdamai dengan perilaku diskriminatif, dalam jangka waktu yang lama.

Bebas dari tahanan, kata dia, pilihan hidupnya hanya dua, kembali ke masa lalu atau hidup berdampingan dengan stigma dan diskriminasi.

Meski berat ia memilih pilihan kedua, pasalnya pihak-pihak terkait tak memberikan pilihan lain.

Sekalipun, lanjut dia, kawan-kawan dari kelompoknya memintanya untuk kembali bergabung dan memberi peluang kembali, ia tetap merelakan dirinya berteman dengan kondisi lingkungan yang diskriminatif.

"Lain pilihan nu gampang (bukan pilihan yang gampang) tapi saya lebih milik gini saja, dari pada balik lagi ke yang dulu tapi berisiko masuk tahanan lagi," ujar dia.

Baca juga: Kisah Difabel 2 Anak Melawan Stigma, Jadi Tulang Punggung Tanpa Tangan dan Kaki

Menata kembali cita-cita 

Bukan hanya stigma dan diskriminasi yang harus ia telan pelan-pelan. Upayanya untuk mewujudkan cita-cita sebagai seorang desain grafis profesional perlahan luntur. 

"Kalau keahlian ya sebetulnya saya punya kemampuan menggambar tangan baik lah. Dulu mah cita-cita pengen jadi pelukis, kalau sekarang mungkin desainer, tapi gimana kondisi kaya gini susah juga," kata dia.

Meski mengaku masih memelihara harapan tersebut, ia mengatakan tak ingin gegabah, apa yang ada hari ini , kata dia, dijalani untuk bisa bertahan hidup sehari-hari.

"Kalau ditanya masih pengen ya masih lah, salah satu kenapa saya mau jadi tukang sablon sekarang sekalipun jarak dan bayaran enggak gede, saya berharap masih ada gitu peluang," beber dia.

Namun untuk saat ini, kata dia, menutupi kebutuhan sehari-hari sambil kembali merakit mimpinya seperti sediakala lebih penting.

Pasalnya, ia sadar tak ada bantuan apapun dari orang lain atau pemerintah bagi masyarakat sepertinya yang pernah tersandung atau berurusan dengan hukum.

"Bukan menafikan, tapi memang enggak ada bantuan apa-apa, kemudahan pekerjaan, atau apa lah, enggak ada, saya murni cari sendiri," imbuhnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Korban Tewas Kecelakaan Bus Siswa SMK Depok di Ciater Subang Jadi 11 Orang

Korban Tewas Kecelakaan Bus Siswa SMK Depok di Ciater Subang Jadi 11 Orang

Bandung
6 Ambulans dari Bandung Barat Diterjunkan Bantu Evakuasi Kecelakaan Bus di Ciater Subang

6 Ambulans dari Bandung Barat Diterjunkan Bantu Evakuasi Kecelakaan Bus di Ciater Subang

Bandung
Kecelakaan di Subang, Bus Rombongan SMK Depok Tabrak Sejumlah Kendaraan

Kecelakaan di Subang, Bus Rombongan SMK Depok Tabrak Sejumlah Kendaraan

Bandung
Kecelakaan Bus di Ciater, RSUD Subang: 9 Orang Tewas, 20 Luka

Kecelakaan Bus di Ciater, RSUD Subang: 9 Orang Tewas, 20 Luka

Bandung
Korban Tewas Kecelakaan Bus Siswa SMK Depok di Subang Bertambah Jadi 9 Orang

Korban Tewas Kecelakaan Bus Siswa SMK Depok di Subang Bertambah Jadi 9 Orang

Bandung
Bus Kecelakaan di Subang Dinaiki Siswa SMK Lingga Kencana Depok, 4 Orang Tewas

Bus Kecelakaan di Subang Dinaiki Siswa SMK Lingga Kencana Depok, 4 Orang Tewas

Bandung
Kecelakaan Maut di Ciater Subang, 4 Orang Tewas di TKP

Kecelakaan Maut di Ciater Subang, 4 Orang Tewas di TKP

Bandung
Bus Pariwisata Kecelakaan di Subang, Sejumlah Korban Tergeletak di Jalan

Bus Pariwisata Kecelakaan di Subang, Sejumlah Korban Tergeletak di Jalan

Bandung
Kisah Tragis Vina Cirebon dan Kebrutalan Geng Motor Rekayasa Kematian

Kisah Tragis Vina Cirebon dan Kebrutalan Geng Motor Rekayasa Kematian

Bandung
2 Pembunuh Wanita dalam Karung di Cirebon Ditangkap, Korban Sempat Diperkosa

2 Pembunuh Wanita dalam Karung di Cirebon Ditangkap, Korban Sempat Diperkosa

Bandung
Prakiraan Cuaca Bogor Hari Ini Sabtu 11 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Petir

Prakiraan Cuaca Bogor Hari Ini Sabtu 11 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Petir

Bandung
Partai Nasdem Tak Terima Pendaftaran Calon Walkot Bandung Selain Kader

Partai Nasdem Tak Terima Pendaftaran Calon Walkot Bandung Selain Kader

Bandung
Omzet Batik Chanting Khas Lebak Kembali Normal, Rp 250 Juta Per Bulan

Omzet Batik Chanting Khas Lebak Kembali Normal, Rp 250 Juta Per Bulan

Bandung
Pencurian Saat Syukuran di Bandung, Pelaku Beraksi Saat Pura-pura ke Toilet

Pencurian Saat Syukuran di Bandung, Pelaku Beraksi Saat Pura-pura ke Toilet

Bandung
Barusen Hills di Bandung: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Barusen Hills di Bandung: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com