Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

10 Tradisi Khas Sunda, Ada Botram dan Sisingaan

Kompas.com, 26 Agustus 2023, 15:18 WIB
Puspasari Setyaningrum

Editor

KOMPAS.com - Suku Sunda adalah suku bangsa yang mayoritas mendiami wilayah barat Pulau Jawa, terutama di daerah Jawa Barat dan Banten.

Wilayah persebaran masyarakat suku Sunda di wilayah barat Pulau Jawa ini kerap disebut sebagai Tatar Sunda atau Bumi Pasundan.

Baca juga: Mengenal Suku Sunda, dari Asal-usul hingga Tradisi

Meski begitu, populasi suku Sunda tidak hanya terbatas di Pulau Jawa saja, namun juga tersebar di berbagai provinsi di Indonesia.

Oleh karenanya, tidak heran apabila beberapa tradisi suku Sunda juga dikenal luas oleh masyarakat di penjuru nusantara.

Baca juga: Bangkerok, Makanan Khas Sunda yang Disebut Mirip Pizza

Dirangkum Kompas.com dari berbagai sumber, berikut adalah ragam tradisi suku Sunda yang cukup populer dan dikenal hingga ke luar daerah.

1. Botram

Botram adalah istilah Sunda yang merujuk pada tradisi makan bersama dengan alas daun pisang atau tikar.

Uniknya, dalam tradisi ini lauk pauk yang akan dinikmati biasanya akan dibawa oleh tiap orang yang ikut serta.

Baca juga: 7 Makanan Khas Sunda yang Menggugah Selera

Dilansir dari laman jakarta.tribunnews.com, menu botram biasanya berisi makanan tradisional seperti nasi liwet, sambel, ikan asin, tempe, tahu, kerupuk dan lalapan sebagai hidangan wajib, di samping lauk pauk tambahan lainnya.

Semua makanan yang dibawa akan ditata rapi memanjang dengan alas daun pisang yang digelar di depan peserta sebelum nantinya dinikmati bersama-sama.

Tradisi makan bersama khas Sunda ini dilakukan dengan tujuan untuk menjalin kebersamaan dan mengikat tali persaudaraan.

Menu botram khas Sunda.Tribun Jabar/Putri Puspita Nilawati Menu botram khas Sunda.

2. Nyaneut

Nyaneut adalah sebuah tradisi minum teh khas Sunda yang berasal dari wilayah Garut dan telah ada sejak ratusan tahun untuk menyambut tahun baru Islam.

Dilansir dari laman visitgarut.garutkab.go.id, istilah nyaneut sendiri merupakan akronim dari Nyai Haneut atau Cai Haneut yang artinya air hangat.

Tidak seperti jamuan minum teh biasa, pelaksanaan tradisi nyaneut memiliki ciri khas dalam pelaksanaannya.

Pertama, teh akan disajikan bersama kudapan berupa makanan tradisional seperti ubi jalar, singkong, dan ganyong yang direbus. Kedua, cara menikmati teh dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu memutar gelas teh di telapak tangan sebanyak dua kali, dilanjutkan dengan menghirup aroma teh sebanyak tiga kali, baru kemudian teh tersebut boleh diminum.

Tradisi ini disebut terkait dengan kebiasaan orang Sunda yang lebih suka minum teh daripada air putih, serta wilayah Garut yang menjadi penghasil teh berkualitas tinggi.

Halaman:


Terkini Lainnya
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Bandung
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Bandung
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Bandung
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Bandung
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Bandung
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Bandung
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Bandung
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Bandung
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
Bandung
Relokasi Korban Longsor Arjasari, Bupati Bandung Biayai Sewa Kontrakan 3 Bulan
Relokasi Korban Longsor Arjasari, Bupati Bandung Biayai Sewa Kontrakan 3 Bulan
Bandung
Wagub Jabar Desak Polisi Tangkap Streamer Pelaku Dugaan Ujaran Kebencian
Wagub Jabar Desak Polisi Tangkap Streamer Pelaku Dugaan Ujaran Kebencian
Bandung
Dugaan Ujaran Kebencian oleh Streamer, Polda Jabar: Kami Sudah Profiling Akun Pelaku
Dugaan Ujaran Kebencian oleh Streamer, Polda Jabar: Kami Sudah Profiling Akun Pelaku
Bandung
Pakan Satwa Bandung Zoo Menipis, Karyawan Galang Donasi di Pinggir Jalan
Pakan Satwa Bandung Zoo Menipis, Karyawan Galang Donasi di Pinggir Jalan
Bandung
Terminal Cicaheum Akan Jadi Depo BRT, Pemkot Bandung Desak Kemenhub Sosialisasi
Terminal Cicaheum Akan Jadi Depo BRT, Pemkot Bandung Desak Kemenhub Sosialisasi
Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau