Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

10 Tradisi Khas Sunda, Ada Botram dan Sisingaan

Kompas.com, 26 Agustus 2023, 15:18 WIB
Puspasari Setyaningrum

Editor

Sebagai contoh, terdapat dulag kuramas, yakni pola menabuh bedug yang dibunyikan pada satu hari jelang Ramadhan, untuk mengajak warga setempat mensucikan diri dengan berkeramas sebelum melakukan puasa di esok hari.

Ada juga dulag jaman, yakni pola menabuh bedug yang dibunyikan pada saat masuknya waktu sahur.

Pada malam hari di bulan Ramadhan, terdapat dulag tarawih dan dulag tadarus, yakni pola menabuh bedug yang menandai masuknya waktu shalat tarawih dan tadarus Al Quran.

Selain itu ada dulag fitrah atau dulag lilikuran, yakni pola menabuh bedug yang menandakan masuknya malem lilikuran atau hari ke 21 Ramadhan yang akan dibunyikan hingga 1 Syawal.

7. Nganteuran

Nganteuran yang bermakna mengantarkan adalah tradisi masyarakat Sunda yang biasanya dilakukan dengan bertukar makanan saat menjelang hari raya Idul Fitri.

Menyambut hari besar tersebut, masyarakat akan saling bertukar hidangan, mulai dari ketupat, opor, hingga aneka kue.

Dilansir dari laman jabar.nu.or.id, nganteuran juga merupakan istilah untuk kegiatan mengirim makanan kepada seseorang yang sedang bekerja di ladang atau sawah ketika jam makan tiba.

Ada pula yang menggunakan istilah ini untuk menggambarkan orang tua yang hendak mengirim bekal kepada anak yang tengah berada di pesantren.

8. Nenjrag Bumi

Nenjrag bumi adalah salah satu tradisi unik kepada bayi yang baru lahir yang dilakukan masyarakat Sunda terutama yang tinggal di wilayah Bandung.

Dilansir dari laman bobo.grid.id, pelaksanaan upacara adat nenjrag bumi dilakukan dengan cara meletakkan bayi di atas lantai berbahan bambu terbelah. Kemudian, lantai bambu tersebut diinjak atau dihentak dengan kaki oleh ibu dari sang bayi sebanyak tujuh kali.

Sementara dilansir dari laman Gramedia.com, ada juga yang melaksanakan tradisi nenjrag bumi dengan membaringkan bayi di tanah dan memukulkan alu atau tongkat sebanyak tujuh kali ke arah tanah di dekat sang bayi.

Tradisi ini dianggap sebagai terapi untuk bayi agar tidak mudah ketakutan dan kaget. Sehingga diharapkan saat dewasa nanti, sang anak akan tumbuh menjadi sosok yang pemberani, tidak mudah takut atau terkejut.

9. Ngeuyeuk Seureuh

Dalam pernikahan adat sunda, terdapat sebuah tradisi yang dikenal dengan sebutan Ngeuyeuk Seureuh.

Dilansir dari laman Gramedia.com, tradisi yang dipimpin oleh pangeuyeuk ini merupakan prosesi saat calon pengantin meminta izin serta doa restu dari orang tua. Kemudian, calon pengantin akan disawer beras yang bermakna hidup sejahtera, dan digeprek dengan sapu lidi yang disertai dengan pemberian nasehat.

Setelahnya, kain putih penutup pangeuyeuk pun akan dibuka dan dilanjutkan dengan pembelahan mayang jambe serta buah pinang oleh calon mempelai pria. Prosesi ini akan diakhiri dengan menumbukkan alu ke dalam lumpang sebanyak tiga kali oleh calon mempelai pria.

Halaman:


Terkini Lainnya
Tak Bisa Turun dari Atap dan Terjebak Berjam-jam, Kakek di Bogor Dievakuasi Damkar Pakai Tandu ke Rumah Sakit
Tak Bisa Turun dari Atap dan Terjebak Berjam-jam, Kakek di Bogor Dievakuasi Damkar Pakai Tandu ke Rumah Sakit
Bandung
Dedi Mulyadi Jemput Warga Jabar yang Terdampak Banjir di Aceh
Dedi Mulyadi Jemput Warga Jabar yang Terdampak Banjir di Aceh
Bandung
Soal Penolakan Warga Terminal Cicaheum, Farhan Upayakan Relokasi ke TOD BRT Paling Ramai
Soal Penolakan Warga Terminal Cicaheum, Farhan Upayakan Relokasi ke TOD BRT Paling Ramai
Bandung
Forum Kiai NU Jawa Desak Pembentukan Panitia MLB, Nama Rhoma Irama Disebut
Forum Kiai NU Jawa Desak Pembentukan Panitia MLB, Nama Rhoma Irama Disebut
Bandung
Pakar Hukum Ingatkan Dedi Mulyadi: Surat Edaran Tidak Bisa Dibuat Seenaknya
Pakar Hukum Ingatkan Dedi Mulyadi: Surat Edaran Tidak Bisa Dibuat Seenaknya
Bandung
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Bandung
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Bandung
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Bandung
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Bandung
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Bandung
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Bandung
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Bandung
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Bandung
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau