Gedung usaha berukuran sekitar 30x20 meter itu terlihat sepi pegawai. Ratusan mesin produksi, mulai dari mesin jahit, mesin border, hingga mesin potong seolah seperti pajangan.
Dia mengaku baru memberlakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) secara bertahap.
"Ya sekarang sekitar 50 orang yang masih bekerja di sini, sisanya sudah saya rumahkan," bebernya.
Sementara di gedung sebelah, tumpukan bahan serta hasil produksi tampak berdebu.
"Gini situasinya, paling barang yang keluar sebagian saja ke ruko atau toko yang memang butuh. Kalau, pasar domestik yang gede-gede lagi stop karena enggak laku barang di tokonya," kata Nandi.
Sebelum pandemi Covid-19 melanda, Nandi sudah mulai merambah ke pasar online. Dia melihat market place sebagai peluang untuk mengembangkan usaha.
"Membayangkan seperti peluang, jadi saya masuk ke toko konvensional terus masuk juga ke toko online. Kalau orang bisnis kan lihatnya peluang," tuturnya.
"Dulu ada lumayan banyak pelanggan, kaya reseller atau yang baru mulai bisnis online. Kemudian yang awalnya punya toko terus jadi bikin usaha online, saya suplai," sambungnya.
Meski pernah merasakan manisnya pasar online, permintaan mulai menurun saat Pandemi Covid-19.
"Mereka itu minta partai besar, tapi dengan kualitas bahan yang pas-pasan bahkan terbilang jelek, tapi kan saya juga bisnis itu mempertimbangkan kepercayaan, agak sulit juga saya kalau harus menurunkan kualitas. Secara otomatis di masa pandemi, berkurang tuh (permintaan) karena pada nyari ke pengusaha tekstil yang lain," imbuhnya.
Pada masa Pandemi Covid-19, ia hanya menyuplai barang ke toko online sebanyak 30 persen dan sisanya ke toko konvensional.
Belum selesai dengan tsunami harga Market Place, kini ia harus berhadapan dengan badai barang impor.
Menurut Nandi, masuknya barang impor lebih mengerikan dibanding pasar online.
"Kalau di sana (market place) katakanlah yang jual bahan itu sedikit terus hitungannya juga sama dengan beli konvensional, orang juga butuh kepercayaan, katakanlah kita masih menang. Nah, dengan adanya barang impor ini kan rata-rata barang bahan,"katanya yang hanya menjual produk jadi di market place.
Menurutnya, badai barang impor lebih terasa karena langsung menyasar produsen yang merupakan bagian dari hilir industri textile.