Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Pengusaha Tekstil Kabupaten Bandung Bertahan dari Himpitan Pasar Digital dan Impor

Kompas.com - 25/09/2023, 17:16 WIB
M. Elgana Mubarokah,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com - Perlahan tapi pasti, pasar digital atau pasar online mulai menggerogoti usaha konveksi milik Nandi Ramdani (43).

Usaha tekstil yang dirintisnya sejak bertahun-tahun itu, kini seperti di ujung tanduk. Harga pasar online yang tak mengenal kawan atau lawan semakin menggerogoti usahanya.

"Kalau awalnya kami lihat pasar online sebagai peluang, tapi lambat laun ternyata seperti ini," katanya ditemui, Senin (25/9/2023).

Baca juga: Industri Tekstil Dipukul Barang Impor, Menteri Teten: Produsen Sekarat

Meski dalam keadaan terjepit, Nandi tak memungkiri bahwa usahanya sudah membawanya ke puncak rantai industri tekstil, yaitu sebagai produsen kerudung, baju koko serta perlengkapan muslim lainnya.

Pasar domestik, mulai dari pasar Andir, pasar ITC Kebon Kalapa Kota Bandung, hingga pasar Tanah Abang Jakarta sudah menjadi ladang tempat Nandi mendistribusikan barangnya.

Tak hanya pasar domestik raksasa yang ia jajaki. Pasar tradisional hingga ruko-ruko di beberapa Kota dan Kabupaten se-Jawa Barat pun menjadi ladang baginya.

Nandi mengatakan, setiap kali terjadi keterlambatan barang, dipastikan HP miliknya langsung dibanjiri pesan dari para pedagang.

"Katakanlah dulu bisa seperti itu. Apalagi kalau pas momentum hari besar Islam, barang enggak boleh telat," ujar dia.

Bermula dari konveksi rumahan

15 tahun lalu, Nandi mulai merintis usaha di Kecamatan Solokanjeruk, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Awalnya Nandi membeli sebidang tanah kosong untuk membesarkan usahanya itu.

Kegigihan dan ketekunan Nandi di dunia tekstil patut diacungi jempol. Sebab, awalnya hanya konveksi rumahan kemudian kini sudah menjadi pabrik.

"Kalau diceritain panjang, cuma ya selama belasan tahun itu saya bisa mencapai titik ini. Ya kalau di sebut pabrik terkesan besar, ini masih kecil lah," tuturnya.

Omset yang terus bertambah tiap tahun pernah dia rasakan. Tak tanggung-tanggung, ratusan juta Rupiah pernah dikantongi setiap bulannya dengan jumlah karyawan mencapai 150 orang.

Memiliki omset besar dengan ratusan karyawan tak pernah terpikirkan sebelumnya. Menurutnya, membuat pasar domestik menerima produknya merupakan bayaran mahal.

Kondisi industri textile di salah satu pabrik di Kecamatan Solokajeruk, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Senin (25/9/2023)KOMPAS.COM/M. Elgana Mubarokah Kondisi industri textile di salah satu pabrik di Kecamatan Solokajeruk, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Senin (25/9/2023)

"Kalau dulu omset saya bisa sampai Rp 300 juta lah dalam sebulan, ya kalau diakumulasikan setahun bisa sampai miliaran, tapi itu kotor, kemudian angkanya juga fluktuatif, tapi saya akui sempat sampai segitu (Miliar)," terangnya.

Namun kini semua berubah.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com