Warga lainnya, Taufik Winata (50) yang tinggal di Kampung Cisalak Hilir, Desa Cisalak, Cibeber juga mengalami hal serupa.
Taufik harus rela mengantri bersama warga lain untuk mendapatkan air dari sumur bor yang masih tersisa air.
“Tapi karena setiap hari terus-terusan dipakai, kondisi airnya sekarang sudah keruh,” kata dia.
Baca juga: Buruh Tani Cianjur Ditemukan Tewas di Lahan Terbakar
Karena itu, Taufik memilih menggali kembali sumur di rumahnya yang sempat mengering dan terjadi pendangkalan.
“Diperdalam lagi sekitar semeteran. Lumayan keluar airnya meskipun tidak banyak,” ucapnya.
Taufik menyebutkan, sumber-sumber air di lingkungannya sudah mengering sejak tiga bulan terakhir.
“Biasanya kalau kondisi kemarau seperti sekarang warga masih bisa pakai Kali Cisalak, tapi sekarang kondisinya juga sama, sudah kering kerontang, tak ada airnya sama sekali," terang dia,
Dengan kondisi krisis air seperti ini, Taufik dan kelima anggota keluarganya pun dituntut berhemat.
“Saya jadi jarang mandi, ini. Orang-orang di rumah juga terpaksa dijatah hanya seember," ujar Taufik sembari berseloroh.
Baca juga: Polemik Umrah Berjemaah Pejabat Cianjur yang Berujung Dugaan Gratifikasi
Sebelumnya, Bupati Cianjur, Herman Suherman mengatakan, bencana kekeringan semakin meluas dan merata di hampir semua wilayah.
Dampak dari kemarau panjang ini, sebagian warga mengalami kesulitan air bersih.
Herman mengatakan, telah membuka tiga posko untuk distribusi air bersih yang dipusatkan di sekterariat PMI Cianjur, kantor BPBD dan Perumdam Tirta Mukti.
Namun, pihaknya tidak menampik jika penyaluran air bersih ke kantong-kantong kekeringan selama ini terkendala jumlah armada.
Karena itu, pemerintah daerah telah melayangkan permohonan bantuan mobil tangki air ke BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.