Pemandangan pada Minggu (19/11/2023), memperlihatkan dari puluhan hunian darurat yang berdiri di atas lahan perkebunan di kaki Gunung Gede itu, beberapa di antaranya masih ditempati warga.
Beberapa di antaranya adalah Edah (72), Selvi (30), dan Mastufah (36).
Ketiganya masih tinggal bersama keluarganya sembari menunggu pembangunan rumah mereka selesai.
“Rencananya hari ini mau mulai angkut-angkut barang, mau pindahan, tapi bukan ke rumah, mau ke habitat,” kata Edah.
Baca juga: Setahun Pascagempa, Cianjur Berjuang Bangkit...
Edah menjelaskan, habibat dimaksud adalah hunian sementara (huntara) yang dibangun pihak swasta atau donatur di samping rumahnya.
“Mau coba tinggal di sana biar bisa lebih dekat ke rumah. Tapi, barang-barang masih di sini (hunian darurat),” ucap dia.
Senada dengan Edah, Mastufah juga masih bertahan di hunian darurat karena rumahnya belum selesai dibangun.
"Mau bagaimana lagi, meskipun panas dan gerah karena tidak ada tempat lain," ucap dia.
Mastufah mengaku, peristiwa gempa bumi yang mengguncang kampungnya tahun lalu telah mengubah hidupnya dan kehidupan sosial masyarakat.
Terlebih, di kampungnya hampir semua bangunan dan rumah warga hancur porak-poranda.
“Di sini juga ada beberapa warga yang meninggal waktu gempa itu. Kita sekarang jadi lebih peduli dengan sesama,” ujar Mastufah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.