Saudagar tersebut mengajak puterinya yang cantik jelita yang bernama Siti Nurhasanah.
Kesempatan tersebut tidak disia-siakan oleh oleh Dampu Awang.
Singkat cerita saudagar tersebut mengizinkan Dampu Awang untuk ikut berlayar dan bekerja padanya.
Selama bekerja dengan Teuku Abu Matsyah, Dampu Awang mampu menunjukkan perilaku baik. Teuku Abu Matsyah tertarik dan bermaksud menjodohkan dengan puterinya.
Akhirnya, Dampu menikah dengan Siti Nurhasanah.
Setelah Teuku Abu Matsyah meninggal, Dampu Awang mewarisi seluruh kekayaannya.
Selama satu dasa warsa merantau, Dampu hanya empat kali mengirimkan surat kepada ibunya di Banten.
Hingga suatu hari tersiar kabar bahwa seorang saudagar kaya raya akan bersandar di Teluk Banten.
Ibu Dampu sangat berharap bahwa yang datang tersebut adalah puteranya yang sudah lama tidak pulang.
Benar saja dugaan sang ibu, Dampu Awang datang bersama dengan istrinya yang cantik jelita.
Seluruh penduduk berkumpul di tepi pantai untuk melihat saudagar yang datang.
Ibu Dampu terlihat senang begitu melihat saudagar yang datang, perkiraannya benar bahwa yang datang adalah putera semata wayangnya.
Dengan berteriak sekuat tenaga, ibu Dampu memanggil-manggil nama anaknya.
Sayangnya, Dampu telah berubah. Dia tidak mau mengakui ibunya dan mengatakan ibunya telah meninggal.
Sampai, dia membatalkan rencana untuk bertemu dengan Sultan Banten karena malu bertemu dengan ibunya yang telah renta. Kekayaan telah mengubah perilaku Dampu.