Puluhan Senjata Api dan Ribuan Peluru Ditemukan di Sebuah Rumah di Bandung

BANDUNG, KOMPAS.com - Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) Polda Jawa Barat menyita puluhan senjata api laras panjang dan pendek beserta amunisinya dari sebuah rumah milik seorang wanita berinisial HSL di Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung.

Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Jabar, Kombes Jules A Abast mengatakan, kasus ini terungkap setelah petugas mendapatkan informasi adanya pengiriman senjata api dari Jakarta Utara ke Kota Bandung.

Polisi kemudian melakukan pelacakan pengiriman tersebut. Hingga akhirnya berhasil mengamankan HSL pada Senin, 25 Maret 2024.

Baca juga: Polda Jabar Pecat 28 Polisi, karena Kasus Narkotika hingga Pelecehan

"Saudari HSL yang menguasai, menyimpan, membawa, menyembunyikan senjata api dan amunisi tanpa izin," kata Jules di Mapolda Jawa Barat, Rabu (27/3/2024).

Direktur Reserse Kriminal Polda Jawa Barat, Kombes Surawan mengatakan, senjata api ini merupakan milik suami HSL yang diketahui berinisial PKL. Saat ini suami HSL masih menjalani pidana di Lapas Cipinang atas kasus kepemilikan senjata api.

"Penyimpanan dilakukan oleh istrinya," ucapnya.

Baca juga: Polda Jabar Siapkan Rekayasa Lalu Lintas Saat Puncak Arus Balik Libur Nataru

Surawan mengaku pihaknya belum meminta keterangan kepada PKL tentang kepemilikan senjata laras panjang dan pendek tersebut. Meski begitu, dari pengakuan HSL, dua senjata laras pendek berhasil dijual.

"Kita masih menyelidiki siapa pembelinya. Kita juga masih melakukan pendalaman dari mana asalnya, bagaimana senjata api itu bisa masuk ke sini, dan dijual ke mana saja. Saat penyelidikan, kita juga tidak menduga kalau senjata apinya bisa ditemukan sebanyak ini," ungkap Surawan.

Adapun senjata api yang ditemukan terdiri dari 27 pucuk senjata api laras panjang, 11 pucuk laras pendek dan 9.673 butir peluru.

"Kalau dilihat dari merknya rata-rata pabrikan dan rata-rata buatan luar negeri," ucap dia.

Atas perbuatanya, tersangka HSL disangkakan Pasal 1 ayat (1) Undang-undang darurat nomor 12 tahun 1951 dengan ancaman hukuman mati, seumur hidup, atau kurungan penjara maksimal 20 tahun.