KOMPAS.com - Tahanan Lapas Cipinang Jakarta Timur melakukan tindak pidana kesusilaan terhadap anak di bawah umur dengan modus love scamming.
Ia meminta uang tebusan kepada orang tua korban untuk menghapus foto dan video tanpa busana sang korban.
Peristiwa ini berawal dari perkenalan korban AN (13) yang masih duduk di bangku SMP dengan seseorang yang mengaku berinisial C di media sosial Instagram pada Maret 2024.
Perkenalan itu berlanjut hingga pesan singkat WhatsApp.
Korban awalnya tak menceritakan perkenalan tersebut kepada orang tuanya. Kemudian pada 8 Juni 2024, orang tua korban menerima pesan WhatsApp dari kontak tak dikenal.
"Mengirimkan foto dan video korban AN merupakan anaknya tanpa menggunakan busana," ucap Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Jabar Kombes Pol Jules Abraham Abast, saat konferensi pers, Jumat (28/6/2024).
Terkejut melihat pesan tersebut, orang tua korban menanyakan pada anaknya terkait pesan yang diterima dari nomor tak dikenal itu.
AN pun akhirnya bercerita bahwa dirinya pernah mengirim foto dan video tanpa busana kepada C, seseorang yang dikenalnya via Instagram.
"Lalu Cakra meminta uang sejumlah Rp 600.000 disertai ancaman kalau korban AN tidak mengirim uang maka foto dan video akan disebarkan kepada pihak guru dan teman-temannya," ucap Jules.
Tak sampai situ, pelaku terus melanjutkan aksinya dengan membuat grup WhatsApp yang berisikan korban dan 4 teman sekolahnya.
Foto korban tanpa busana bahkan dijadikan display picture grup tersebut.
Baca juga: Polisi Amankan 21 Orang dan Tetapkan 3 Tersangka Kasus Penipuan Online Berkedok Love Scamming
"Foto serta video bermuatan asusila telah disebarkan melalui grup whatsapp," ucapnya.
Pelaku terus menghubungi orang tua korban dan meminta uang tebusan sebesar Rp 600.000 apabila ingin foto dan video korban dihapus.
Orang tua korban kemudian menuruti keinginan pelaku dengan mentransfer uang sebesar Rp 100.000 melalui rekening salah satu bank pada 9 Juni 2024. Kemudian, mereka melaporkannya ke Polda Jabar.
Subdit Siber Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Ditreskrimsus) Polda Jawa Barat langsung melakukan penelusuran dan penyelidikan hingga akhirnya diketahui pelaku menggunakan nama palsu dan foto orang lain untuk menjerat korbannya.