Sumur dengan kedalaman 65 meter mengeluarkan air dengan debit yang sangat kecil. Air yang dihasilkan juga mengeluarkan aroma tak sedap, asin, lengket, dan kotor.
Mau tidak mau, sambung Maksudi, dirinya bersama sekitar 8.000 jiwa yang tinggal di dalam sekitar 2.500 rumah di Desa Guwa Lor melakukan hal tersebut bertahun-tahun.
"Air irigasi ini keruh juga pasti diambil, pakai pompa masukin ke sumur, mengendap, baru dipakai. Sumur di sini bukan mata air, tapi pengendapan, buat mandi, masak, airnya hitam juga tetap diambil," kata Maksudi saat ditemui Kompas.com di lokasi.
Maksudi dan pemerintah setempat tidak tinggal diam. Pihaknya bersama pemerintah daerah telah melakukan Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas) dan juga Water and Sanitation for Low Income Communities (WSLIC) beberapa tahun silam.
Kedua program itu tidak berjalan maksimal karena sulitnya ketersediaan air dan juga sistem pengelolaan.
Beberapa bulan lalu, Maksudi bersama Syafrudin dan pihak lain melakukan pengeboran menggunakan sistem deteksi sumber mata air.
Mereka mendapatkan satu sumber mata air kedalaman 32 meter yang memiliki debit yang cukup baik, namun kandungan yang masih kotor.
Hasil uji lab, menyebut kandungan air yang baru ditemukan memilki kadar besi yang tinggi, dan lainnya.
Maksudi meyakini program WASH dapat memaksimalkan sumber mata air hasil pengeboran dengan teknologi terbarukan. Program ini juga diyakini dapat memberikan solusi atas masalah utama yang dialami warga.
Pembina Rumah Amal Salman ITB, Mipi Ananta Kusuma menjelaskan, program WASH ini menggunakan Teknologi Filter Aktif yang dimodifikasi Dosen Teknik Lingkungan ITB, Dr James Nobelia.
Teknologi ini diterapkan pada titik sumber mata air yang baru ditemukan warga dengan alat pendeteksi mata air.
Air yang disedot dari dasar tanah, akan melewati proses filterisasi aktif. Dalam proses ini, air yang semula memiliki kandungan besi tinggi, asin, bau, dan kotor, menjadi bersih dan layak dikonsumsi.
Setelah melewati filterisasi aktif, air akan ditampung ke dalam dua tangki berkapasitas 8.000 meter kubik, yang masing-masing tanki berkapasitas 4.000 meter kubik.
Air bersih kemudian dikirimkan ke menara, yang kemudian didistribusikan ke rumah warga dengan menggunakan sistem looping.
Kadar dan kandungan air bersih usai filterisasi ini juga tidak akan berubah ketika tiba rumah warga, karena dialiri menggunakan pipa sehingga kualitas sangat terjaga.