"Kondisi ekonomi budaya dan agama itu faktor penentu. Kalau dari sisi ekonomi, mampu gak sih masuk pendidikan tinggi. Dari sisi budaya, ada gak nilai yang mendukung mereka sekolah ke perguruan tinggi," kata Fadhil.
5. Keterlibatan masyarakat
Keterlibatan masyarakat dalam pendidikan tinggi mungkin rendah, sehingga tidak ada dorongan atau dukungan atau melanjutkan pendidikan tinggi.
6. Kualitas pendidian dasar dan menengah
Kualitas pendidikan dasar dan menengah di Jawa Barat mungkin tak memadai sehingga tak mempersiapkan siswa untuk melanjutkan pendidikan tinggi.
"Jadi persoalanya tidak sederhana, kita harus melihat dari sisi motivasi pendidikan dan budaya. Motivasi itu harus dilandaskan pada latar pendidikan dan nilai budaya. Kalau misal saya sentuh sisi ekonomi sekarang, nilai budaya motivasinya budaya apa sih, cukup makan kerja, ngapain, apa kepentingannya, ada fashion gak? Ada keinginan untuk maju gak? Nah, ini juga pertanyaanya," ujar Fadhil.
7. Faktor Geografis:
Faktor geografis seperti jarak dan aksesibilitas ke lembaga pendidikan tinggi juga bisa menjadi hambatan bagi masyarakat di Jabar.
"Dari sisi geografis, masyarakat pedesaan di Sunda tak mikir buat untuk pendidikan tinggi, boro-boro. Nah, ini budaya mereka. Jadi yang sisi eksternal juga dukungan masyarakat terutama pemda yang mendukung masyarakat berpendidikan tinggi kayaknya lemah sekali," ujar Fadhil.
"Karena perguruan tinggi di Bandung Jabar ini orang buat untuk menyerap pendidikan tinggi calonnya dari Indonesia bahkan dari dunia, tapi dari sisi kebijakan daerah tidak ada yang mendukung," ujarnya.
Kebijakan pendidikan yang tidak mendukung pendidikan tinggi dinilai mungkin menjadi faktor penyebab rendahnya pendidikan tinggi di Jawa Barat.
Selain itu ketersediaan sumber daya seperti dana, fasilitas, dan tenaga pengajar dipandang mungkin tak memadai untuk mendukung pendidikan tinggi di Jawa Barat.
"Penting untuk melakukan penelitian lebih lanjut untuk memahami faktor-faktor yang berkontribusi terhadap rendahnya pendidikan tinggi di Jawa Barat," ucapnya.
Fadhil juga menyertakan beberapa teori perspektif terkait hal ini, seperti teori Struktural-Fungsional (Talcott Parsons, Emile Durkheim).
Dari perspektif ini, rendahnya partisipasi masyarakat Sunda dalam pendidikan tinggi dapat dikaitkan dengan struktur sosial dan nilai budaya yang menekankan fungsi kolektif dibanding individualisme akademik.