Mereka menggali, membersihkan, dan menyisir area yang luas dengan alat seadanya, mengandalkan insting dan pengalaman.
Setiap galian adalah harapan, setiap tetes keringat adalah doa.
Baca juga: Jalur Piket Nol Longsor, Arus Lalu Lintas Lumajang-Malang Dialihkan via Probolinggo
Masyarakat berharap Endang bisa ditemukan, setidaknya untuk memberikan ketenangan bagi keluarga yang menanti dalam kecemasan.
Tragedi ini menjadi pengingat pahit tentang kerapuhan hidup manusia di hadapan kekuatan alam, sekaligus menyoroti solidaritas dan kepedulian yang masih mengakar kuat di tengah masyarakat.
Di tengah ketidakpastian ini, gubuk yang kini telah hancur itu menyisakan pertanyaan.
Apa yang dipikirkan Endang saat ia memutuskan untuk beristirahat sejenak di sana?
Mungkin ia hanya ingin menghindar dari derasnya hujan, mencari kehangatan sesaat sebelum pulang ke rumah.
Namun, keputusan kecil itu kini berujung pada pencarian yang tak berujung, meninggalkan duka yang mendalam dan sebuah cerita tentang perjuangan manusia melawan takdir alam di Pojok Girang.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang