Selain tiga titik kepadatan, kadang masuk di wilayah Kota Bandung, terutama di jalur Buah Batu, kepadatan pun masih kerap terjadi.
"Diakui dulu sering banget terlambat ke sekolah, lima menit, 10 menit karena macet akut ini," ujarnya.
Agar tak terlambat masuk kelas, Hanafi mengaku mesti berangkat satu jam lebih awal.
"Kalau masuk jam 07.00 WIB, saya jam 05.30 WIB harus sudah jalan kalau mau selamat atau enggak kejebak macet di jalan," ujarnya.
Benar saja, siasat berangkat lebih awal menjadi solusi jangka pendek baginya agar tak lagi terlibat di medan palagan Bojongsoang.
Baca juga: Disetujui Ridwan Kamil, Proyek Flyover Bojongsoang Bandung Masuki Tahap Kajian
"Sampai sekarang jadi terbawa terus, setidaknya enggak terlambat ke tempat kerja-lah," kata dia.
Kendati pada pagi hari dia bisa menyelamatkan diri, berbeda dengan sore hari.
Dia mengaku masih belum menemukan strategi yang pas untuk mensiasati macet Bojongsoang.
Pasalnya, kata Hanafi, sore hari hampir semua pekerja pulang ke rumah dan tak sedikit jumlah warga yang tinggal di Bojongsoang, Kabupaten Bandung.
"Begini, kalau sore saya pulang jam 17.00 WIB, saya lebih memilih tidak pulang langsung, saya istirahat dulu, shalat Maghrib dulu di kantor, karena kalau pas jam 17.00 WIB pulang sudah pasti sampai ke rumah jam 19.00 WIB atau lebih," ungkapnya.
"Perjalanan sore hari tak berbeda dengan pagi hari, semua hampir sama, padat dan menjengkelkan," tambahnya.
Apalagi ketika Kecamatan Dayeuhkolot dilanda banjir luapan Sungai Citarum, Jalan Raya Bojongsoang sudah dipastikan mengalami kepadatan dari pagi hingga sore hari.
"Kalau banjir itu, bisa beberapa kilometer macetnya, dari Buah Batu bisa sampai Baleendah," ujar dia.
Hanafi membenarkan, dibutuhkan kesabaran yang ekstra untuk bisa melewati jalur Bojongsoang di pagi dan sore hari.
Tak sedikit, kata dia, karena khawatir terlambat ke tempat kerja, pemandangan saling caci hingga berkelahi menjadi tontonan.