Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pagi Suram Macet di "Waktu Indonesia Bagian Bojongsoang", Sabar dan Mental Baja Jadi Ujian Warga

Kompas.com, 20 Juni 2025, 10:52 WIB
M. Elgana Mubarokah,
Eris Eka Jaya

Tim Redaksi

Solusi jangka panjang bukan tidak pernah ada, Hanafi menyebut sempat membaca jika Bupati Bandung Dadang Supriatna sudah mewacanakan pembangunan jembatan layang atau flyover.

"Jujur saya menunggu banget, meskipun nanti pas proyek pembangunan pasti macetnya bertambah, yang terpenting mah ada solusi," ungkapnya.

Sementara Wisnu Nugraha (21), salah satu mahasiswa Telkom University, mengeluhkan hal serupa.

Tak hanya butuh kesabaran ekstra untuk bisa berkendara di jalur Bojongsoang, tetapi mesti kuat sindiran dari rekan-rekan.

Pasalnya, teman kuliah Wisnu kerap menyebut jalur Bojongsoang sebagai WIBO (Waktu Indonesia Bagian Bojongsoang).

Sindirian itu, kata Wisnu, lantaran kemacetan di Bojongsoang bisa memakan waktu yang panjang, terutama saat Baleendah banjir.

Baca juga: Usulan Fly Over Bojongsoang-Baleendah Diajukan ke Dedi Mulyadi

"Mungkin karena macetnya suka lama, jadi ada kata WIBO itu, seolah-olah Bojongsoang punya waktu sendiri, terutama saat macet. Nah, teman-teman di luar Bandung yang baru tahu macetnya kaya gitu, punya anekdot kaya gitu. Itu terjadi di teman-teman nongkrong saya," ujar Wisnu.

Ditanya terkait adanya petugas yang mengatur lalu lintas, Wisnu mengaku kerap melihat beberapa saja.

Biasanya, petugas tersebut terdiri dari petugas kepolisian dan Dinas Perhubungan (Dishub) kemudian Satpam dari Podomoro atau Telkom University.

"Di beberapa suka ada, polisi gitu sama Dishub, tetapi seringnya satpam yang ada saja di pinggir jalan," ujar dia.

"Kalau pun ada polisi atau Dishub yang siaga, toh macet tetap terjadi, tetapi paling tidak arus lalu lintasnya tertib, enggak saling serobot," ucapnya.

Yuli Susanti (37), salah seorang warga Cikoneng yang menyekolahkan anaknya di SD Cipagalo, menyebut kemacetan di Bojongsoang butuh perhatian serius.

"Bayangin, saya anak sudah dua, semua sekolah di sini, dari awal masukkan sekolah anak pertama ini macet udah kaya gini," ungkapnya.

Dia mengaku lebih memilih menjemput anak dengan berjalan kaki daripada membawa sepeda motor karena dengan berjalan kaki, Yuli dan anaknya bisa mencari jalur alternatif menuju rumah.

"Kan ada jalan gang gitu-lah, kalau macet parah wah malah lama di jalan, mana anak lapar, gerah pengen ganti seragam, apalagi kalau pas banjir, udah gak bisa ngomong-lah," tutur Yuli.

Keluhan kemacetan, kata dia, tidak hanya datang dari dirinya saja.

Rata-rata orang tua murid atau tetangga di sekitar rumahnya sering mengeluhkan hal yang sama.

"Kalau dibilang jenuh, capek, stres, pasti, tetapi mau gimana lagi sudah begini," terang dia.

Kendaraan di dua lajur baru akan terurai sekitar 09.00 WIB hingga siang hari, memasuki sore terutama pukul 17.00 WIB hingga pukul 19.00 WIB, kemacetan di Jalur Bojongsoang pasti terulang, baik dari arah Kota Bandung menuju Kabupaten Bandung atau sebaliknya.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang

Halaman:


Terkini Lainnya
Tak Bisa Turun dari Atap dan Terjebak Berjam-jam, Kakek di Bogor Dievakuasi Damkar Pakai Tandu ke Rumah Sakit
Tak Bisa Turun dari Atap dan Terjebak Berjam-jam, Kakek di Bogor Dievakuasi Damkar Pakai Tandu ke Rumah Sakit
Bandung
Dedi Mulyadi Jemput Warga Jabar yang Terdampak Banjir di Aceh
Dedi Mulyadi Jemput Warga Jabar yang Terdampak Banjir di Aceh
Bandung
Soal Penolakan Warga Terminal Cicaheum, Farhan Upayakan Relokasi ke TOD BRT Paling Ramai
Soal Penolakan Warga Terminal Cicaheum, Farhan Upayakan Relokasi ke TOD BRT Paling Ramai
Bandung
Forum Kiai NU Jawa Desak Pembentukan Panitia MLB, Nama Rhoma Irama Disebut
Forum Kiai NU Jawa Desak Pembentukan Panitia MLB, Nama Rhoma Irama Disebut
Bandung
Pakar Hukum Ingatkan Dedi Mulyadi: Surat Edaran Tidak Bisa Dibuat Seenaknya
Pakar Hukum Ingatkan Dedi Mulyadi: Surat Edaran Tidak Bisa Dibuat Seenaknya
Bandung
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Bandung
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Bandung
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Bandung
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Bandung
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Bandung
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Bandung
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Bandung
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Bandung
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau