Solusi jangka panjang bukan tidak pernah ada, Hanafi menyebut sempat membaca jika Bupati Bandung Dadang Supriatna sudah mewacanakan pembangunan jembatan layang atau flyover.
"Jujur saya menunggu banget, meskipun nanti pas proyek pembangunan pasti macetnya bertambah, yang terpenting mah ada solusi," ungkapnya.
Sementara Wisnu Nugraha (21), salah satu mahasiswa Telkom University, mengeluhkan hal serupa.
Tak hanya butuh kesabaran ekstra untuk bisa berkendara di jalur Bojongsoang, tetapi mesti kuat sindiran dari rekan-rekan.
Pasalnya, teman kuliah Wisnu kerap menyebut jalur Bojongsoang sebagai WIBO (Waktu Indonesia Bagian Bojongsoang).
Sindirian itu, kata Wisnu, lantaran kemacetan di Bojongsoang bisa memakan waktu yang panjang, terutama saat Baleendah banjir.
Baca juga: Usulan Fly Over Bojongsoang-Baleendah Diajukan ke Dedi Mulyadi
"Mungkin karena macetnya suka lama, jadi ada kata WIBO itu, seolah-olah Bojongsoang punya waktu sendiri, terutama saat macet. Nah, teman-teman di luar Bandung yang baru tahu macetnya kaya gitu, punya anekdot kaya gitu. Itu terjadi di teman-teman nongkrong saya," ujar Wisnu.
Ditanya terkait adanya petugas yang mengatur lalu lintas, Wisnu mengaku kerap melihat beberapa saja.
Biasanya, petugas tersebut terdiri dari petugas kepolisian dan Dinas Perhubungan (Dishub) kemudian Satpam dari Podomoro atau Telkom University.
"Di beberapa suka ada, polisi gitu sama Dishub, tetapi seringnya satpam yang ada saja di pinggir jalan," ujar dia.
"Kalau pun ada polisi atau Dishub yang siaga, toh macet tetap terjadi, tetapi paling tidak arus lalu lintasnya tertib, enggak saling serobot," ucapnya.
Yuli Susanti (37), salah seorang warga Cikoneng yang menyekolahkan anaknya di SD Cipagalo, menyebut kemacetan di Bojongsoang butuh perhatian serius.
"Bayangin, saya anak sudah dua, semua sekolah di sini, dari awal masukkan sekolah anak pertama ini macet udah kaya gini," ungkapnya.
Dia mengaku lebih memilih menjemput anak dengan berjalan kaki daripada membawa sepeda motor karena dengan berjalan kaki, Yuli dan anaknya bisa mencari jalur alternatif menuju rumah.
"Kan ada jalan gang gitu-lah, kalau macet parah wah malah lama di jalan, mana anak lapar, gerah pengen ganti seragam, apalagi kalau pas banjir, udah gak bisa ngomong-lah," tutur Yuli.
Keluhan kemacetan, kata dia, tidak hanya datang dari dirinya saja.
Rata-rata orang tua murid atau tetangga di sekitar rumahnya sering mengeluhkan hal yang sama.
"Kalau dibilang jenuh, capek, stres, pasti, tetapi mau gimana lagi sudah begini," terang dia.
Kendaraan di dua lajur baru akan terurai sekitar 09.00 WIB hingga siang hari, memasuki sore terutama pukul 17.00 WIB hingga pukul 19.00 WIB, kemacetan di Jalur Bojongsoang pasti terulang, baik dari arah Kota Bandung menuju Kabupaten Bandung atau sebaliknya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang