“Sebanyak 87 persen tenaga kerja Indonesia maksimal lulusan SMA atau SMK. Ini potret tantangan besar kita menghadapi perubahan teknologi ke depan,” kata Yasserli dalam Studium Generale di ITB, Kamis (27/11/2025).
Dari sisi struktur tenaga kerja, hanya 39 persen pekerja berada di sektor formal, sedangkan mayoritas bekerja secara informal seperti freelancer, pengemudi ojek online, pelaku UMKM, hingga profesi-profesi baru yang tak dikenal satu sampai dua dekade lalu, seperti affiliator atau clipper.
Baca juga: Kurangi Pengangguran, Mendikti Saintek Dorong Mahasiswa Indonesia Cari Kerja ke Luar Negeri
Menurutnya, fenomena ini menandai bergesernya pola kerja yang dipicu digitalisasi. Yasserli juga menekankan bahwa tantangan yang dihadapi mahasiswa saat ini akan jauh berbeda dengan situasi 20-30 tahun lalu.
Dunia kerja kini dipengaruhi ketidakpastian akibat geopolitik, pandemi, dan disrupsi teknologi.
"Sehingga yang diperlukan itu adalah kemampuan resilience (ketahanan) dan adaptif dalam menghadapi hal tersebut," ujar dia.
Ada tiga kekuatan global yang mengubah dunia kerja ke depan, yaitu AI dan digitalisasi, green transition & sustainibility, dan demographic & care economy shift.
Diperkirakan, tahun 2030 muncul 170 juta pekerjaan baru, sedangkan 92 juta pekerjaan hilang atau tergantikan.
Beberapa riset memprediksi bahwa 50 persen pekerjaan di industri saat ini tidak relevan lagi untuk 10 tahun ke depan sehingga kebutuhan upskiling atau reskilling meningkat drastis.
"Makanya adaptif adalah kunci," ujarnya.
Ia juga menyinggung soal perubahan model kompetensi. Jika dulu industri hanya menuntut I-shaped competency (satu keahlian spesifik), kini perusahaan mencari T-shaped bahkan M-shaped, yaitu talenta dengan lebih dari satu kompetensi inti.
"Makanya perguran tinggi di berbagi negara di luar negeri ada major ada minor, diambil dua, walaupun saya katakan kompetensi kedua tak bisa harus formal di bangku pendidikan, Anda bisa belajar sendiri," ucapnya.
Kombinasi keterampilan teknis, digital, bahasa, hingga kepemimpinan dinilainya sebagai hal yang dihargai perusahaan.
Sertifikasi profesi juga menjadi bukti kompetensi yang diakui dunia kerja.
"Semakin banyak penguasaan kompetensi maka kompetesi lain akan mensuport Anda berkinerja dan itulah yang dicari perusahaan," kata dia.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang