Banjir yang terus berulang membuat sebagian aktivitas warga terhambat, termasuk usaha rumahan yang dijalankan Nita.
Ia bekerja di rumah mengelola usaha konveksi, tetapi proses pengiriman kerap terganggu ketika banjir datang.
"Terkendala pengiriman kalau sampai banjirnya tinggi, mati listrik juga," ujarnya.
Meski merasa jenuh dengan kondisi yang tak kunjung membaik, Nita memahami bahwa upaya penanganan sudah dilakukan pemerintah.
Ia menyebutkan pembangunan kolam retensi dan peninggian jalan sebagai beberapa contoh intervensi yang sudah berjalan.
"Sebenarnya sih bosen, Pak, ya. Tapi, mau gimana lagi. Pemerintah juga sudah coba bantu dari pembuatan retensi, pengecoran, peninggian jalan. Tapi, kalau lihat kondisi cuaca sama keadaan kayak gini ya mau bagaimana lagi," ujarnya.
Namun, ia berharap perbaikan saluran air bisa menjadi prioritas ke depan.
"Mungkin untuk pengairan atau saluran bisa lebih diperbaiki," katanya.
Selain mengganggu aktivitas warga, banjir juga menyebabkan kemacetan panjang pada jalur utama Dayeuhkolot.
Nita mengatakan kerap melihat pekerja pulang malam hari terjebak macet akibat genangan.
"Kasihan yang pulang kerja. Motornya harus macet-macetan sampai malam. Saya lihat di sosmed juga," ujarnya.
Ia berharap pemerintah dapat memberikan perhatian lebih terhadap penanganan banjir yang sudah puluhan tahun membayangi warga Dayeuhkolot.
"Semoga ada tanggapan, bisa membantu lagi warganya. Semoga yang kebanjiran diberi kesabaran dan kesehatan," kata Nita.
Baca juga: Sungai Cibitung Meluap, Banjir Bandang Terjang Mukapayung Bandung Barat, 4 RW Terdampak
Narasumber lain, Yusuf Ramdan (34), pengendara motor yang terjebak macet banjir di Jalan Raya Dayeuhkolot, mengaku membutuhkan waktu hampir dua jam untuk melintasi jalur tersebut.
"Biasanya 15 menit, ini hampir dua jam karena air tinggi. Motor beberapa kali mogok," ujarnya.