Yusuf yang hendak pulang dari pabrik tempatnya bekerja mengatakan, genangan air membuat kendaraan harus melaju perlahan sehingga antrean kendaraan mengular hingga ratusan meter.
"Banyak yang mendorong motor. Ada juga yang putar balik," ucapnya.
Ia berharap pemerintah dapat menempatkan petugas di titik-titik banjir untuk membantu mengatur arus kendaraan.
"Setidaknya ada yang mengatur supaya enggak terlalu kacau," kata Yusuf.
Sementara itu, Rina Wulandari (41), pedagang sayuran di Pasar Dayeuhkolot, mengatakan pendapatan hariannya menurun drastis sejak banjir kembali merendam kawasan tersebut.
"Biasanya subuh sudah banyak pembeli. Sekarang sepi karena orang susah lewat," ujarnya.
Rina yang harus berjalan kaki dari rumahnya di Cangkuang akibat jalan terendam mengatakan banjir tak hanya menghambat pembeli, tetapi juga pasokan barang dagang.
"Barang dari pemasok telat semua. Ada yang batal kirim," katanya.
Ia berharap pemerintah segera mempercepat penanganan banjir agar aktivitas ekonomi warga kembali berjalan.
"Kami pedagang kecil. Kalau sehari saja jualan sepi, kerasa sekali dampaknya," ucapnya.
Hingga Jumat siang, sejumlah titik di Dayeuhkolot, Baleendah, dan Bojong Asih masih terendam banjir akibat curah hujan tinggi dan peningkatan debit Sungai Citarum.
Petugas gabungan terus memantau kondisi dan membantu warga yang kesulitan melintas.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang