BANDUNG BARAT, KOMPAS.com - Bendera merah putih berukuran raksasa masih berkibar di antara dua tebing karst yang menjulang tinggi di Tebing Hawu, Desa Padalarang, Kecamatan Padalarang, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Jawa Barat.
Pengibaran bendera berukuran 15x10 meter di tebing setinggi 85 meter itu bukan tanpa maksud. Para pemuda yang tergabung dalam Forum Pemuda Peduli Karst Citatah (FP2KC) ingin menyampaikan pesan konservasi alam.
"Memang ada nilai yang ingin kami sampaikan dengan simbol bendera merah putih bisa berkibar di tebing karst. Karst sendiri memiliki manfaat yang tidak sedikit, mulai dari mata air dan keseimbangan alam lain," ungkap Ketua FP2KC, Deden Syarif Hidayat saat ditemui, Kamis (18/8/2022).
Baca juga: Kemeriahan 17 Agustus di Makassar, 5.005 Meter Bendera Merah Putih Selimuti Anjungan Pantai Losari
Pengibaran bendera merah putih berukuran raksasa itu dilakukan saat mereka menggelar upacara peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-77 Kemerdekaan Republik Indonesia kemarin.
Alasan para pemuda memperingati hari kemerdekaan di kawasan karst ini untuk memaknai ulang arti kemerdekaan.
Menurut Deden, jika dahulu para pahlawan memperjuangkan kemerdekaan maka kini bagi generasi selanjutnya adalah mempertahankan kemerdekaan.
"Karena penjajahan sudah selesai dan kita sudah 77 tahun merdeka, sekarang nampaknya kita masih belum merdeka terkait eksploitasi sumber daya alam kita," ujar Deden.
Eksploitasi alam yang dimaksud yakni masifnya aktivitas tambang yang masih berlangsung sepanjang bentangan karst dari wilayah Padalarang ke wilayah Cipatat, Bandung Barat.
Menurut Deden, pemerintah belum serius dalam hal menjaga kerusakan lingkungan, hal itu terbukti masih banyaknya perusahaan-perusahaan raksasa tambang yang masih aktif meski di wilayah terlarang seperti Kawasan Cagar Alam Geologi (KCAG).
"Lokasi yang digunakan upacara merupakan lokasi dengan status KCAG, tapi anehnya ada perusahaan tambang yang beraktivitas di kawasan ini. Maka dari itu, upacara yang digelar di sini sebagai simbol kami ingin merdeka dari eksploitasi alam," kata Deden.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.