CIREBON, KOMPAS.com – Susana (48) dan Sarti (50) menelan pahit-manis kehidupan sebagai kaum urban.
Selama 34 tahun merantau di Ibu Kota Jakarta, membuat pasangan suami istri ini memiliki banyak cerita mudik yang mereka alami di sepanjang jalur pantura.
Baca juga: Evaluasi Mudik 2023, Tol Trans-Jawa Jakarta Semarang Diminta Jadi Tiga Lajur
Bagi Susana, penanganan arus mudik oleh petugas kepolisian, dahulu dan saat ini telah berubah 180 derajat.
Baca juga: Budi Karya Sebut 78 Persen Masyarakat Puas atas Penyelengaraan Mudik 2023
Susana pertama kali menginjakan kaki di Jakarta tahun 1989 saat usia 14 tahun.
Mulanya, dia ikut seseorang berjualan nasi goreng keliling hingga memberanikan membawa satu gerobak keliling seorang diri.
Setelah lima tahun menjadi penjual nasi goreng, Susana menikahi Sarti di tahun 1994.
Keduanya dikaruniai anak, Rizki Adi (27) setelah dua tahun ikrar sehidup semati.
Ketiganya, kemudian, memulai perjalanan panjang sebagai penjual nasi rumahan, yang semula di Jakarta, kini di kawasan Tenjo, Bogor.
“Sekitar 34 tahun di Jakarta. Awalnya jualan nasi goreng keliling pakai gerobak. Masih bujangan, masih ikut orang. Tahun 1994, baru menikahi ibu, dan berjualan sendiri,” kata Susana saat dihubungi Kompas.com melalui sambungan telepon, Minggu (11/6/2023).
Keluarga kecil asal Desa Purwodadi, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, ini menikmati masa perjuangan.
Ketiganya harus membagi waktu; berbelanja ke pasar dini hari, memasak, melayani pembeli yang datang siling berganti, dan tentunya mengurus sang buah hati yang masih bayi.
Bertahun-tahun mereka lalui aktivitas ini. Keuntungannya digunakan untuk membayar kontrakan dan kebutuhan harian, serta mengirimkan uang untuk orangtua dan keluarga di kampung halaman.
Rasa sakit berpisah dengan keluarga adalah resiko yang harus mereka telan. Namun, rasa sakit itu akan mereka tebus di Hari Raya Idul Fitri, saat momen arus mudik.
Selain menebus rindu, perjalanan mudik juga menyisakan suka-cita sepanjang perjalanan, dan menjadi bahan cerita di hadapan kedua orangtua serta sanak keluarga saat berjumpa, utamanya soal macet.
“Setelah bertemu keluarga, salah satu yang tak pernah lupa ditanya, macet di mana, macet berapa jam dan lainnya, tapi sekarang beda jauh. Tidak ada lagi kata macet setelah ada tol dan polisi yang berjaga di mana-mana,” tambah Susana.