Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Limbah Pabrik, Pemicu Pencemaran Berulang di Sungai Cileungsi

Kompas.com - 29/09/2023, 08:59 WIB
Afdhalul Ikhsan,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

BOGOR, KOMPAS.com - Aliran Sungai Cileungsi yang menjadi sumber air bagi warga di Bogor dan Bekasi, Jawa Barat, berulang kali tercemar. Kondisi air sungai berwarna hitam pekat berbuih, bau, dan membuat ribuan ikan mati.

Pemerintah setempat diminta tegas memberi sanksi kepada industri yang kerap mencemari sungai tersebut.

Ketua Komunitas Peduli Sungai Cileungsi-Cikeas (KP2C) Puarman mengatakan, sumber pencemaran berasal dari limbah industri.

Baca juga: Tersenggol Saat Salip Truk, Remaja 15 Tahun Tewas di Cileungsi Bogor

Peristiwa ini sudah menjadi bencana rutin setiap tahun sehingga merugikan warga sekitar.

"Sudah berbulan-bulan tidak ada perubahan apa pun dan ini baru periode 2023 ya, kita gak ngitung yang tahun sebelumnya. Jadi sebenarnya ini kasus lama yang selalu berulang," kata Puarman kepada Kompas.com, Rabu (27/9/2023).

Pada 6 April lalu, warga di sekitar aliran sungai menemukan ribuan ikan mati mengambang. Air sungai mendadak jadi hitam.

Lima hari kemudian, polisi dan dinas terkait mengambil air untuk diperiksa di laboratorium. Hasilnya, air itu tercemar limbah beracun yang membuat ribuan ikan sapu-sapu mati.

Tak butuh waktu lama, air sungai kembali hitam dan lagi-lagi ribuan ikan mati sejak Agustus hingga kini. Kondisi itu juga menyebabkan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Patriot di Bekasi, ikut tercemar.

Sebab, air sungai yang menghubungkan Kali Bekasi ini menjadi sumber air bakunya. Warga pun menerima air yang bau menyengat.

Pencemaran tersebut berdampak amat besar terhadap kehidupan warga Bogor dan Bekasi.

"Jadi tercemarnya dari Bogor (Sungai Cileungsi). Air Kali Bekasi tidak layak lagi digunakan dan mereka berhenti produksi. Kita harus menyampaikan fakta apa adanya bahwa mereka menjadi korban," terangnya.

Ia menduga sumber pencemaran limbah industri akibat kelalaian perusahaan pabrik. Komunitas P2C mencatat ada sekitar 90 lebih pabrik yang konsesinya berada di sekitar bantaran Sungai Cileungsi-Cikeas.

Pada Kamis (21/9/2023), tim KP2C melakukan susur sungai menggunakan perahu dari Jembatan Wika hingga ke Jembatan Cikuda. Mereka menerima banyak aduan dari masyarakat.

Aduan itu tentang pabrik yang membuang limbah beracun lewat saluran pipa pada malam hari ke sungai tersebut. Artinya, sambung Puarman, fakta pencemaran dari limbah pabrik tersebut memang ada.

"Kembali berwarna hitam, bau berbuih dan ini terjadi setelah melewati 7 hari tanpa hujan (HTH), debit sungai mengecil. Makanya pencemaran terkesan di musim kemarau aja. Padahal terjadi sepanjang waktu namun ketika musim hujan tidak kelihatan karena debit airnya besar," ungkapnya.

Baca juga: Air Sungai Cileungsi Berubah Jadi Hitam, Ikan Mati dan Keluarkan Bau Busuk

"Nah, ketika musim kemarau debit sungai mengecil maka dominan limbah yang keluar dari saluran-saluran pipa (pabrik). Saya sudah mengalami pencemaran dari 12 tahun dan selalu berulang paling parah tahun ini," imbuhnya.

Ia pun mempertanyakan kenapa pemerintah belum tegas terhadap pelaku pencemaran lingkungan ini. Sebab, peristiwa pencemaran yang sudah terjadi dalam beberapa bulan terakhir dan penanganannya tidak pernah tuntas.

"Kalau cuman sekedar peringatan, sanksi administratif, dibina, kemudian disegel sebentar, besoknya dibuka lagi, ya hasilnya gak ada efek jera. Jadinya sampai sekarang masih berlangsung pencemaran. Dan pabriknya ya itu itu aja," jelasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cerita Warga Terdampak Pergerakan Tanah di Cianjur, Diawali Gemuruh hingga Rumah-rumah Ambruk

Cerita Warga Terdampak Pergerakan Tanah di Cianjur, Diawali Gemuruh hingga Rumah-rumah Ambruk

Bandung
Kurir 1 Kg Sabu Disergap Polisi di Pintu Tol Kertajati

Kurir 1 Kg Sabu Disergap Polisi di Pintu Tol Kertajati

Bandung
PDI-P Buka Penjaringan untuk Pilkada Kota Bandung 2024

PDI-P Buka Penjaringan untuk Pilkada Kota Bandung 2024

Bandung
Tanah Bergerak di Cianjur, Kampung Ditinggalkan, Puing Reruntuhan mulai Dibersihkan

Tanah Bergerak di Cianjur, Kampung Ditinggalkan, Puing Reruntuhan mulai Dibersihkan

Bandung
Polda Jabar Bakal Telusuri Oknum Polisi Pengintimidasi Saksi Pembunuhan di Subang

Polda Jabar Bakal Telusuri Oknum Polisi Pengintimidasi Saksi Pembunuhan di Subang

Bandung
Majalaya Waterpark di Bandung: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Majalaya Waterpark di Bandung: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Bandung
Dianggap Tak Sesuai Harapan, Car Free Day Gedung Sate Dievaluasi

Dianggap Tak Sesuai Harapan, Car Free Day Gedung Sate Dievaluasi

Bandung
Pulang Antar Ikan dari Pasar, Dua Pelajar Tiba-tiba Dihentikan Penembak Misterius di Bandung

Pulang Antar Ikan dari Pasar, Dua Pelajar Tiba-tiba Dihentikan Penembak Misterius di Bandung

Bandung
OTK Lepaskan 4 Tembakan di Bandung, Pelaku Diduga Pakai 'Airsoft Gun'

OTK Lepaskan 4 Tembakan di Bandung, Pelaku Diduga Pakai "Airsoft Gun"

Bandung
Petani Tertimbun Longsor di Bandung Barat Belum Ditemukan

Petani Tertimbun Longsor di Bandung Barat Belum Ditemukan

Bandung
Prakiraan Cuaca Bogor Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Sedang

Prakiraan Cuaca Bogor Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Sedang

Bandung
Pergerakan Tanah di Cianjur, Puluhan Rumah Rusak, Sekampung Diungsikan

Pergerakan Tanah di Cianjur, Puluhan Rumah Rusak, Sekampung Diungsikan

Bandung
Polisi Buru Penembak Misterius di Bandung, Warga Dengar 4 Kali Tembakan

Polisi Buru Penembak Misterius di Bandung, Warga Dengar 4 Kali Tembakan

Bandung
Nostalgia Bandung Tempo Dulu, Bey Sambut Baik Braga Bebas Kendaraan

Nostalgia Bandung Tempo Dulu, Bey Sambut Baik Braga Bebas Kendaraan

Bandung
Ronal Surapradja Daftar Jadi Calon Wali Kota Bandung ke PDI-P

Ronal Surapradja Daftar Jadi Calon Wali Kota Bandung ke PDI-P

Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com