Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Petani Cirebon yang Cari Rongsok karena Sawahnya Terdampak El Nino

Kompas.com - 04/03/2024, 20:34 WIB
Muhamad Syahri Romdhon,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

CIREBON, KOMPAS.com- Sejumlah petani di Desa Bayalangu Lor, Kecamatan Gegesik, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, berkeluh kesah.

Sebagian dari mereka terpaksa menganggur karena sawah yang biasa mereka garap kekeringan.

Bahkan, untuk menyambung ekonomi keluarga, sebagian petani menjadi kuli di pabrik, dan juga mencari barang bekas (rongsok) sebagai alternatif mata pencarian.

Fenomena El Nino yang berkepanjangan membuat musim tanam padi mundur.

Kondisi sulit ini menimpa Mudin salah satu petani Bayalangu Lor, yang ditemui Kompas.com pada Senin (4/3/2024) di sawahnya.

Baca juga: Kehidupan Petani di Tasikmalaya yang Jauh dari Sejahtera

Petani yang sudah berusia 62 tahun ini menyebut masa tanam padi kali ini mundur cukup lama.

Pria yang sudah menjadi penggarap sawah sejak kecil ini biasanya mulai menyemai benih pada Desember di tiap tahunnya.

Sebanyak 25 hari berikutnya atau bulan Januari, dia memindahkan benih dan menanamnya di atas lahan sekitar satu setengah hektar.

Mudin (64) Petani Desa Bayalangu Lor Kecamatan Gegesik Kabupaten Cirebon menceritakan kondisi tanam mundur yang membuatnya tidak kerja di sawah dan menjadi pencari rongsok sementara, saat ditemui Kompas.com, Senin (4/3/2024) siangMUHAMAD SYAHRI ROMDHON Mudin (64) Petani Desa Bayalangu Lor Kecamatan Gegesik Kabupaten Cirebon menceritakan kondisi tanam mundur yang membuatnya tidak kerja di sawah dan menjadi pencari rongsok sementara, saat ditemui Kompas.com, Senin (4/3/2024) siang

Pada April atau setelah masa tanam sekitar 120 hari, Mudin mulai panen. Namun, siklus itu tidak berlaku saat ini.

"Ya masalahnya kekeringan mas. Lama enam bulan. Telat tanam. Biasanya bulan tiga sudah keluar padinya, ini baru selesai tanam," terang Mudin.

Petani yang tidak mengeyam pendidikan bangku sekolah menyebut, saat ini tanaman padinya baru berusia tujuh hingga sepuluh hari setelah ditanam akhir Februari 2024.

 

Baca juga: Hujan Tak Menentu, Petani Padi di Sikka Terancam Gagal Panen

Dia memprediksi tanaman padi saat ini baru dapat dipanen pada Juni atau Juli mendatang.

Tidak hanya sekedar berubah waktu, masa tanam yang mundur berdampak serius bagi dirinya dan petani lain.

Pada masa kekeringan kemarin, dia mengaku mencari alternatif pendapatan dengan menjadi tukang rongsok atau pencari barang bekas untuk dapat menafkahi keluarga.

Pekerjaan alternatif ini dilakukan setelah gabah hasil panen milik Mudin pada Agustus lalu, telah habis dijual.

Sisa padi untuk makan keluarga pun sudah menipis, sebagai kepala rumah tangga dia berusaha menyambung hidup dengan cara lain. 

"Hampir kelaparan Mas, ya karena enggak ada kerjaan. Kalau enggak ada rongsok, ya baru kelaparan, nyari rongsok, nyoker. Kalau ada sawah, di sawah, kalau enggak ada, ya rongsok," ungkap Mudin.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com