KARAWANG, KOMPAS.com-Selepas shalat Jumat, Wagino tampak sibuk membersihkan masjid.
Dengan cekatan, tangannya memegang alat pel dan berpindah membersihkan dari sisi satu ke sisi masjid lainnya.
Pengabdian pria 58 tahun itu sebagai marbut Masjid Jamie Manbaul Huda di Dusun Sinar Mulya, RT 001, RW 015, Kelurahan Karawang Wetan, Kecamatan Karawang Timur, Karawang, Jawa Barat itu sudah 20 tahun.
Saban hari, ia membersihkan masjid dengan tekun dan senang hati.
Baca juga: Kisah Marbut di Pekanbaru, Hidup dengan Gaji Kecil yang Telat Dibayar
Gaji atau honornya Rp 500.000. Meski begitu, bapak lima anak itu mengaku ikhlas. Ia bahkan menyebutnya sebagai dorongan hati untuk membuat masjid nyaman.
"Saya rasa senang sekali, sebab itu mah dari Allah, enggak masalah gaji, yang penting saya ikhlas, dorongan hati saya untuk menjaga mesjid ini agar jamaah nyaman," ungkap Wagino dengan seulas senyum, Jumat (22/3/2024).
Wagino bahkan menganggap masjid itu seperti halnya rumah sendiri. Terkadang sedari pagi ia sudah siap. Sebab, di masjid juga kerap ada kegiatan, misalnya pengajian.
"Sangat indah, kalo abis sholat apalagi, sangat tentram dan menikmati pekerjaan ini," ujarnya saat ditanya kesan menjadi marbut.
Selain menjadi marbut, Wagino juga bekerja sebagai penjaga sekolah di SD Karawang Wetan 5.
Baca juga: Gerakan Cinta Marbut di Masjid At-Taqwa, Jaminan Hari Tua hingga Umroh
Pekerjaan itu ia lakoni dua tahun setelah menjadi marbut. Gajinya sama, sekitar Rp 500.000. Namun kadang tidak tentu.
"Kalau disebut cukup ya cukup, kalau enggak ya enggak. Kita yang ngatur saja, rezeki dari Allah, saya terima enggak tolak," ujarnya.