Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dulu Miskin dan Tertinggal, Desa di Bandung Ini Raih Omzet Rp 30 Miliar, Ini Ceritanya

Kompas.com - 26/04/2021, 07:11 WIB
Aprillia Ika

Editor

KOMPAS.com - Siapa sangka sebuah desa tertinggal mampu bangkit dari keterpurukan dan kini mampu meraih omzet penghasilan Rp 30 miliar per tahun? Itulah potret Desa Wangisagara, Kecamatan Majalaya, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.

Berkat pengelolaan BUMDes yang bernama BUMDes Niagara, desa ini mampu membukukan laba Rp 1,8 miliar per tahun. Bahkan menurut Direktur Utama BUMDes Niagara Neneng Santiani, pihaknya menyetor PADes hingga Rp 780 juta pada 2020.

Menurut Neneng, BUMDes yang dipimpinnya memiliki beberapa unit usaha mulai dari pengelolaan pasar tradisional, koperasi simpan pinjam, jual beli produk kerajinan, hingga pengelolaan sarana olahraga dan tempat wisata.

Dari semua itu, saat ini pihaknya mengelola aset senilai Rp 16 miliar yang semuanya milik pemerintah desa.

Bagaimana desa yang awalnya tertinggal ini bisa sukses? Mari simak ceritanya.

Baca juga: Wagub Emil: Hanya 12 Persen dari 6.100 BUMDes di Jatim yang Beroperasi

Bangun pasar warga, modal Rp 150 juta

Neneng menjelaskan, keberhasilan BUMDesnya ini berawal dari inisiatif warga dan aparatur desa untuk membangun pasar tradisional pada 2000 silam.

Saat itu, Desa Wangisagara yang masuk kategori desa tertinggal belum memiliki pasar sehingga warganya sulit untuk membeli kebutuhan sehari-hari.

"Dulu ke pasar terdekat sekitar 4 km. Akses jalan pun belum bagus," ujarnya ketika dihubungi Kompas.com.

Berawal dari modal Rp 150 juta untuk membangun 48 kios, kini semakin berkembang sehingga terdapat 150 kios yang disewakan per 10 tahun sekali.

"Selain dari sewa kios, kami menerima pendapatan dari retribusi," ujarnya.

Baca juga: Bank Sampah Online ala Bumdes Sugih Mukti, Buang Sampah Diganjar Rupiah

Laba signifikan dari koperasi simpan pinjam

Berhasil dalam mengelola pasar tradisional, tak membuat pengurus BUMDes Niagara berpuas diri. Mereka malah merambah ke unit bisnis lain dengan membangun koperasi simpan pinjam yang menyasar pedagang dan warga sekitar sebagai nasabahnya.

Usaha itupun terus berkembang karena membukukan laba yang signifikan. Bahkan, hingga kini keuntungan terbesar berasal dari simpan pinjam yang telah memiliki sekitar 3.000 nasabah.

"Berkembang dari mulut ke mulut. Awalnya pedagang, warga kami, sekarang nasabah kami banyak juga dari desa lain," katanya.

Dalam setiap tahun, usaha simpan pinjamnya itu berkontribusi 70 persen terhadap raihan laba.

"Sisanya dari retribusi pasar dan sewa kaki lima," ujarnya seraya menyebut pihaknya akan mengelola lapangan sepakbola dan area wisata alam.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com