Oleh karena itu, kader KB akan datang ke rumah para keluarga sasaran untuk melakukan pemutakhiran, verifikasi, dan validasi data, selain melakukan komunikasi, edukasi, dan informasi pencegahan stunting.
Mekanisme Kerja TPK
Hasto yang juga Ketua Pelaksana Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) mengungkapkan, TPK akan mensosialisasikan dan mengedukasi masyarakat mulai dari prakonsepsi calon pengantin.
Calon pengantin diharapkan melakukan pemeriksaan kesehatan dan mengetahui kondisi hemoglobin (Hb) dalam darah, pengukuran tinggi dan berat badan serta lingkar lengan atas.
Sasaran utama TPK adalah para calon-calon pengantin, ibu hamil dan ibu pasca persalinan, ibu menyusui, dan anak berusia 0-59 bulan.
Nantinya, TPK ini mendeteksi dini faktor risiko stunting baik sensitif maupun spesifik berdasar data yang dia miliki, melakukan pendampingan dan survei, memfaslitasi terhadap apapun pelayanan rujukan serta pendampingan bantuan sosial.
“Tim pendamping keluarga mengawal mulai dari yang mau hamil, mereka yang hamil dan mereka baru punya bayi agar bisa dicegah tidak menimbulkan stunting baru, dan bertanggung jawab untuk memastikan keluarga-keluarga yang dipetakan sebagai keluarga yang berisiko melahirkan bayi stunting mendapatkan dukungan yang merupakan haknya,” kata Hasto.
Baca juga: Pemerintah Targetkan Angka Prevalensi Stunting Turun 3 Persen pada 2022
Mekanisme kerja TPK dalam melakukan pendampingan keluarga, dimulai dengan koordinasi bersama TPPS mengenai rencana kerja, sumber daya, pemecahan kendala pelaksanaan pendampingan keluarga di lapangan.
Lalu penyuluhan, fasilitasi pelayanan rujukan, dan fasilitasi penerimaan program bantuan sosial kepada sasaran prioritas percepatan penurunan stunting, sesuai dengan kebutuhan mereka dalam kerangka percepatan penurunan stunting.
Terakhir, pencatatan dan pelaporan hasil pendampingan dan pemantauan keluarga berisiko stunting.
Jabar Zero Stunting
Kepala Perwakilan BKKBN Jabar, Wahidin mengatakan, untuk Jawa Barat, Gubernur Ridwan Kamil sudah bertekad Jabar Zero Stunting.
Itu bukan berarti tidak ada stunting di Jabar, melainkan tidak ada kasus stunting baru. Untuk mencapainya ada beberapa strategi. Salah satunya pencegahan dari hulu.
"Jabar miliki 37.184 tim (pendamping) di hampir 6.000 desa. Satu desa akan ada 5 tim yang berisi kader-kader daerah tersebut," ucap Wahidin.
Tugas tim adalah mengingatkan tetangganya, bukan menggunakan pola formal. Dengan demikian, masyarakat lebih terbuka.
Dari data yang dimilikinya, angka stunting saat lahir di Jabar rendah. Namun meningkat di dua tahun usia bayi. Itu artinya ada kekeliruan dalam pola asuh sehingga perlu pendampingan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.