Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Petani di Bandung Sukses Tanam Buncis Kenya hingga Tembus Pasar Singapura

Kompas.com - 03/07/2022, 19:01 WIB
M. Elgana Mubarokah,
Reni Susanti

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com - Bertahun-tahun Gugun Gunawan (40) mengelola lahan sebesar satu hektar di Desa Panjalu, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, untuk ditanami Kacang Perancis atau Buncis Kenya.

Sekilas, tak ada yang beda antara buncis perancis dengan buncis yang dijual di pasar.

"Yang membedakan paling dari ukuran pohon, buncis perancis ini pendek-pendek paling tinggi 50 cm, belum ada yang tinggi sampai 1 meter. hasilnya juga disebut baby (bayi), kalau yang normal itu tinggi," katanya ditemui Kompas.com, Minggu (3/7/2022).

Baca juga: 46 Calon Haji yang Dideportasi Berangkat Lewat Perusahaan Jasa Tak Resmi di Bandung Barat

Hal signifikan yang membedakan buncis Kenya atau kacang Perancis dengan buncis lokal, terletak pada rasa dan ketahanan buncis.

"Kemudian dari rasanya lebih renyah, kualitasnya tahan lama, kalau yang lokal itu mohon maaf selalu ada yang beda dan gak tahan lama," ungkapnya.

Proses perawatan buncis kenya, kata Gugun, tak begitu sulit. Proses panennya hanya memakan waktu 60 hari. 

"Perawatan juga ringan. Harga juga alhamdulilah di atas rata-rata. Dari perawatan, itu cuma 5 kali di kasih obat, terus dikasih suplemen dan nutrisi 4 kali," ujarnya.

Jika buncis lokal bisa dipanen dalam waktu 3 bulan, buncis Kenya bisa dipanen dua kali dalam waktu seminggu.

Baca juga: Kenapa Suhu di Bandung Sangat Dingin pada Pagi Hari namun Panas pada Siang Hari?

Sekali panen, untuk satu hektar lahan bisa mencapai satu atau dua kuintal, tergantung banyaknya penanaman. 

Meski ia menggarap satu hektar lahan, yang ditanami buncis Kenya baru setengah hektar.

"Sekarang baru setengahnya, soalnya agak lumayan kalau panen. Sekarang yang mengerjakan 3 orang," kata dia.

Selain itu, pupuk yang digunakan untuk perawatan buncis Kenya atau Kacang Perancis bisa dengan pupuk organik.

"Kebetulan di sini juga organik, ada produk-produk yang organik, kebetulan juga kita berkreasi sendiri terkait pupuk organik," ujarnya.

Sejauh ini, tantangan paling sulit dalam merawat buncis Kenya adalah cuaca. Bila hujan terus bisa gagal panen. Hama juga cukup berpengaruh.

Tembus Pasar Singapura

Saat ini Buncis yang ditanam Gungun sudah menembus pasar Singapura. Namun ia hanya menanam, sedangkan packaging dilakukan distributornya. 

Harganya, sambung dia, mencapai Rp 30.000 per kg, naik dari sebelumnya Rp 25.000 per kg. 

Namun harga tersebut tidak tentu. Meski harganya di atas buncis lokal, namun harga buncis Kenya pernah juga jatuh hingga di angka Rp 7.000 per kg. 

"Kalau buncis Perancis ini stabilnya di harga Rp 15.000 sampai Rp 20.000, itu udah stabil. Pernah di harga Rp 7.000," tuturnya.

Baca juga: Jelang Idul Adha, Harga Minyak Goreng Curah di Kota Bandung Mulai Turun, Rp 14.500 per Liter

Terkait tidak stabilnya harga sayuran, membuat ia dan petani lainnya mengeluh dan kewalahan. 

"Cape lah, kita kepanasan, kehujanan tapi gak perhatian dari Pemerintah, paling sederhana soal harga yang stabil saja," keluhnya.

Gugun berharap, dengan adanya buncis Kenya yang menembus pasar dunia. Pemerintah bisa hadir dengan bukti yang konkret.

"Ya harapannya pemerintah bisa hadir memperhatikan petani kecil, memberikan modal, jaringan diberikan, bukannya mengurusi petani yang sudah mapan," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prakiraan Cuaca Bogor Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Sedang

Prakiraan Cuaca Bogor Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Sedang

Bandung
Pergerakan Tanah di Cianjur, Puluhan Rumah Rusak, Sekampung Diungsikan

Pergerakan Tanah di Cianjur, Puluhan Rumah Rusak, Sekampung Diungsikan

Bandung
Polisi Buru Penembak Misterius di Bandung, Warga Dengar 4 Kali Tembakan

Polisi Buru Penembak Misterius di Bandung, Warga Dengar 4 Kali Tembakan

Bandung
Nostalgia Bandung Tempo Dulu, Bey Sambut Baik Braga Bebas Kendaraan

Nostalgia Bandung Tempo Dulu, Bey Sambut Baik Braga Bebas Kendaraan

Bandung
Ronal Surapradja Daftar Jadi Calon Wali Kota Bandung ke PDI-P

Ronal Surapradja Daftar Jadi Calon Wali Kota Bandung ke PDI-P

Bandung
Gubernur Jabar Buka Gedung Pakuan untuk Umum, Ada 'Tour Guide' Gratis

Gubernur Jabar Buka Gedung Pakuan untuk Umum, Ada "Tour Guide" Gratis

Bandung
21.000 Warga Jabar Terserang DBD selama 2024, 177 Meninggal Dunia

21.000 Warga Jabar Terserang DBD selama 2024, 177 Meninggal Dunia

Bandung
Prakiraan Cuaca Bandung Hari Ini Jumat 26 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Petir

Prakiraan Cuaca Bandung Hari Ini Jumat 26 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Petir

Bandung
Fakta di Balik Bencana Longsor di Garut, Dipicu Hujan Deras dan 3 Warga Tewas

Fakta di Balik Bencana Longsor di Garut, Dipicu Hujan Deras dan 3 Warga Tewas

Bandung
Longsor di Jalur antara Stasiun Cilame-Sasaksaat, 5 KA Terganggu

Longsor di Jalur antara Stasiun Cilame-Sasaksaat, 5 KA Terganggu

Bandung
Tim SAR Temukan Korban Terakhir Longsor di Garut, Operasi Ditutup

Tim SAR Temukan Korban Terakhir Longsor di Garut, Operasi Ditutup

Bandung
Perlu Waspada, Jentik Nyamuk Pun Ada di Wadah Air Dispenser

Perlu Waspada, Jentik Nyamuk Pun Ada di Wadah Air Dispenser

Bandung
2 Anak yang Tertimbun Longsor di Garut Ditemukan

2 Anak yang Tertimbun Longsor di Garut Ditemukan

Bandung
Ajak ASN Gunakan Angkutan Umum, Bey Machmudin Pergi Kerja Naik Bus

Ajak ASN Gunakan Angkutan Umum, Bey Machmudin Pergi Kerja Naik Bus

Bandung
Saksi Pembunuhan Ibu dan Anak di Subang Mengaku Dipaksa Oknum Polisi agar Tutup Mulut

Saksi Pembunuhan Ibu dan Anak di Subang Mengaku Dipaksa Oknum Polisi agar Tutup Mulut

Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com