"Kasus sapi yang terjangkit PMK meningkat 100-200 ekor per harinya waktu itu," katanya saat dihubungi.
Dia menyebut saat itu kematian sapi tertinggi bisa mencapai 10 ekor per hari setiap pekan. Jumlah kematian tersebut melebihi standar mortalitas PMK sebesar 1-5 persen.
"Artinya, 1-5 ekor sapi minimal terkena dari 100 ekor," tambahnya.
Kini badai PMK sudah menurun, bahkan cenderung hilang. Beberapa sapi ternak yang berhasil selamat dari ganasnya PMK mulai dirawat dengan penuh kehati-hatian.
Kendati begitu, produktivitas sapi masih belum bangkit seperti semula. Nendi mengatakan, jauh sebelum PMK, satu ekor sapi bisa menghasilkan susu sebanyak 15 sampai 20 liter per hari.
Hari ini, sapi-sapi yang berhasil bertahan dari PMK baru bisa menghasilkan 2 sampai 3 liter susu perhari.
"Kalau disebut membaik ya membaik, tapi produktivitas masih belum maksimal," tuturnya.
Warga Desa Wanasuka biasa menyimpan sapi mereka di kandang yang tak jauh dari pemukiman.
Kandang tersebut berada terpencil di sebuah cekungan, lahan rendah di kelilingi daerah berbukit. Hanya memiliki jalur setapak tanah berbatu yang lumayan curam.
Kandang-kandang itu berdempet satu sama lain, tak aneh jika dilihat dari kejauhan seperti pemukiman warga.
"Sekarang tinggal 100 ekor sapi ada perah dan sapi pedaging. Jauh sebelum PMK jumlahnya 500 ekor sapi," kata Nendi.
Hingga saat ini, Nendi dan peternak yang lain masih berharap adanya uluran tangan Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Bandung terkait pengadaan sapi kembali.
"Sampai sekarang, janjinya dari Bupati mau ada bantuan berupa sapi lagi, ada pakannya serta pelet dan disinfektan belum ada," katanya.
Menggantungkan harapan pada kebijakan Bupati, kata dia, menjadi satu-satunya cara setelah badai PMK, pasalnya hampir semua warga kehilangan banyak hal.
"Berharap bantuan lebih ke sapi lagi karena tadi di sini semua hidup dari peternakan. Terus kalau mau ada bantuan harus tepat sasaran, jangan yang menang itu orang yang sama," imbuhnya.
Kini raut tegang, rasa takut dan khawatir perlahan hilang dari wajah para peternak Desa Wanasuka.
Semangat dan optimisme mulai hinggap di dada mereka, sekalipun harus memulai lagi dari nol.
Kandang-kandang yang berada di lembah belakang pemukiman pun tek seramai dulu, suara sapi yang terdengar oleh wara seperti nyaringnya harapan kini terdengar sayup.
Perlahan tapi pasti, para peternak akan kembali membuat pagi di Desa Wanasuka riuh oleh gemanya suara sapi.
"Dulu yang bangunin warga pasti suara sapi yang rame menggema, sekarang sepi, mudah-mudahan bisa bangkit lagi," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.