Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Peternak Sapi di Wanasuka Bandung, Mengenang Hari-hari Buruk Badai PMK

Kompas.com, 22 September 2022, 17:52 WIB
M. Elgana Mubarokah,
Reni Susanti

Tim Redaksi

"Sebagian sembuh, sebagian lagi mati, kita kubur di tiga titik dekat kandang sapi," kata  Nendi.

Proses penguburan sapi-sapi ternak milik Warga Wanasuka, sempat ramai di sosial media terutama Twitter, kala itu warga berbondong-bondong mengangkut puluhan sapi yang mati akibat PMK.

"Ya pernah ramai di media sosial, akhirnya ya dapet perhatian, tim dokter pada datang tuh," ungkapnya.

Saling Tuding

Kondisi semakin diperparah dengan warga yang mulai tersulut emosi, lantaran tak terima sapinya mati akibat PMK. Saling tuding antar warga pun terjadi.

Toni Supandi (32) salah seorang peternak membenarkan keadaan itu. Kala itu, salah satu peternak sapi yang kebetulan terjangkit pertama kali, habis menjadi bulan-bulanan warga.

Toni masih ingat betul gentingnya situasi itu. Ia mengatakan, para Ibu-ibu di desa yang biasanya saling bantu di kandang, saat itu saling jual beli kata-kata.

Kandang sempat menjadi arena perang tudingan dan umpatan.

"Waduh repot, yang perempuan saling tuding, saya juga sempat terlibat dan mencoba menengahi," kata Toni.

Kala itu, di kandang, bukan hal yang aneh jika mendengar isak tangis, baik dari pemilik ternak atau dari pegawainya.

"Ada yang sedih karena hewan ternaknya mati, gak sedikit juga nangis karena sakit hati perkataan orang lain," tutur dia.

Konflik baru mereda setelah para sesepuh (orang yang dituakan) di Desa Wanasuka serta perangkat desa turun meredam dan menyudahi.

Waktu itu, kata Toni, satu hal yang mesti dipahami yakni kesadaran warga untuk bisa bangkit dari wabah PMK.

"Akhirnya, betul-betul disadari dan saling memaafkan, ya mungkin masing-masing dari kita lupa kalau wabah PMK memang pasti datang dan menyerang, sisanya kalau gak gotong-royong gak bakalan selesai," ungkap Toni.

Warga Kehilangan Banyak Sapi

Nendi mengatakan, sebelum PMK menyerang, satu warga bisa memiliki dua atau tiga ekor sapi.

Jika dalam satu keluarga terdiri dari empat orang, dan satu orangnya memiliki dua ekor, maka sudah ada enam ekor sapi dalam satu keluarga.

Kala PMK menyerang, tak sedikit warga yang kehilangan banyak hal. Sapi di Desa Wanasuka merupakan harta benda satu-satunya.

"Ada sekitar 15 orang warga yang kehilangan sapi, sampai gak punya sama sekali," tutur dia.

"Yang punya 5 ekor sapi tinggal 2 ekor, yang punya 3 ekor tinggal 1 ekor, kalau yang punya 1 ekor terus kena PMK ya udah habis, tinggal nunggu ada bantuan dari yang lain," tambah dia.

Jika dikonversi ke nilai uang, harga satu ekor sapi perah dengan kualitas super bisa mencapai Rp 20 juta per ekor, sedangkan sapi dengan kualitas biasa hanya Rp 4 juta per ekor.

"Tinggal dikalikan saja, masing-masing dari kita rugi berapa, yang pasti ratusan juta rupiah," kata Nendi.

Sementara Dokter hewan KPBS Pangalengan, Liedzikri Rizqi Insani mengatakan, KPBS mencatat, ada sebanyak 1.800 ekor sapi yang mati karena PMK di Desa Wanasuka.

Baca juga: Warga Bandung Ditemukan Tewas di Rumahnya, Mulut Disumpal dan Tangan Kaki Diikat

Liedzikri mengatakan, wabah PMK di Pangalengan menyebar sejak tanggal 17 Mei 2022.

Sapi-sapi di KPBS Pangalengan terjangkit karena beberapa sapi luar dari Boyolali dibawa ke Ciwidey, kemudian diangkut ke Pangalengan.

Halaman:


Terkini Lainnya
Tak Bisa Turun dari Atap dan Terjebak Berjam-jam, Kakek di Bogor Dievakuasi Damkar Pakai Tandu ke Rumah Sakit
Tak Bisa Turun dari Atap dan Terjebak Berjam-jam, Kakek di Bogor Dievakuasi Damkar Pakai Tandu ke Rumah Sakit
Bandung
Dedi Mulyadi Jemput Warga Jabar yang Terdampak Banjir di Aceh
Dedi Mulyadi Jemput Warga Jabar yang Terdampak Banjir di Aceh
Bandung
Soal Penolakan Warga Terminal Cicaheum, Farhan Upayakan Relokasi ke TOD BRT Paling Ramai
Soal Penolakan Warga Terminal Cicaheum, Farhan Upayakan Relokasi ke TOD BRT Paling Ramai
Bandung
Forum Kiai NU Jawa Desak Pembentukan Panitia MLB, Nama Rhoma Irama Disebut
Forum Kiai NU Jawa Desak Pembentukan Panitia MLB, Nama Rhoma Irama Disebut
Bandung
Pakar Hukum Ingatkan Dedi Mulyadi: Surat Edaran Tidak Bisa Dibuat Seenaknya
Pakar Hukum Ingatkan Dedi Mulyadi: Surat Edaran Tidak Bisa Dibuat Seenaknya
Bandung
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Bandung
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Bandung
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Bandung
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Bandung
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Bandung
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Bandung
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Bandung
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Bandung
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau