Pria berusia 39 tahun ini mengaku, para petani sayur diharuskan memproduksi produk yang berkualitas. Namun, di sisi yang lain, setiap kebijakan yang dilahirkan, tak satupun berpihak pada masa depan petani.
"Tetap memaksakan kebutuhan, meskipun mahal tetap beli aja, jadi apa dampaknya kita dipaksa terus bertahan dalam keadaan apapun juga," bebernya.
Kondisi Risa dan petani sayur di Pangalengan ini ibarat peribahasa, sudah jatuh tertimpa tangga. Pasalnya, cuaca tak menentu yang saat ini banyak dikeluhkan, juga dirasakan oleh para petani sayuran.
Dalam beberapa hari, hujan dengan intensitas tinggi kerap melanda wilayahnya, kemudian keesokannya bisa tak terjadi hujan sama sekali.
Kondisi ini, diakui Risa, sangat memberatkan. Selain dijepit oleh kenaikan harga BBM, kondisi alam yang tak menentu membuat gagal panen kerap menjadi momok yang menakutkan.
"Tiap musim beda-beda, khusus tomat bisa jadi hari ini hasil panen 6 ton besok lusa bisa hanya 3 ton, tapi modalnya sama," terangnya.
Terkait kondisi alam, Risa dan petani sayuran yang lain tidak bisa berbuat banyak.
Ia hanya bisa berharap, agar alam selalu mendukung dan berpihak pada proses yang sedang dilakukan para petani.
"Ya gak bisa ngapa-ngapain, kalau udah kacau musim, hari ini hujan besok enggak udah pasti yang busuk itu lumayan," tambahnya.
Saat ini, harga tomat di kalangan petani, sedang dalam posisi stagnan, yakni Rp 3.000 sampai Rp 3.500 per kilogram.
Harga tersebut, sudah dikatakan lumayan, tidak begitu anjlok. Namun, tetap saja tidak aman untuknya yang harus memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Biaya, sayuran tomat per pohonnya, kata Risa, mencapai Rp 4.000 hingga masa panen paling cepat 5 hari, paling lambat satu minggu.
Angka tersebut jelas tak berimbang dengan harga yang diminta pasar. Belum lagi, lanjut dia, biaya transportasi ke Jakarta yang awalnya Rp 1,2 juta sekarang menginjak Rp 1,5 juta.
"Kalau segitu aman untuk sampai pasar Keramatjati Jakarta, tapi tidak aman untuk perbekalan ke rumah, saya hanya berupaya supaya prosesnya terus berjalan. kalau mau aman ya diharga Rp 5.000 perkilogram," ungkapnya.
Tak hanya diberatkan dengan biaya untuk menghasilkan kualitas tomat yang baik. Risa juga dibingungkan dengan makin mengecilnya lahan garapan para petani sayur.