Kebutuhan kertas secara global terus meningkat sehingga kebutuhan akan ketersediaan bahan baku kayu sangat tinggi. Karena itu, semakin banyak kertas diproduksi, maka akan banyak pohon yang harus ditebang,
“Kalau misalkan rata-rata satu sekolah saja bisa menghabiskan 5-10 rim dalam sebulan, berapa kertas yang dibutuhkan jika dikalkulasikan secara global,” kata Nurhayati.
Sebagai catatan, kebutuhan kertas secara nasional per tahun mencapai 5,6 juta ton, dan diperlukan sebatang pohon berusia 5 tahun untuk memproduksi satu rim kertas.
Lagi pula, ditegaskan Nurhayati, upaya paperless ini sejurus dengan metode pendidikan berbasis digital yang tengah gencar digelorakan saat ini.
“Perihal digitalisasi atau sentuhan IT ini sendiri kan siswa dan guru sudah sangat adaptif, karena selama masa pandemi kemarin dipaksa untuk itu," ucapnya.
Nurhayati berharap, melalui konsep ketahanan iklim ini, masyarakat sekolah dapat meningkatkan kapasitasnya dalam memahami perubahan iklim melalui aksi adaptasi dan mitigasi.
Selain itu, juga mampu mengantisipasi dampak dan resiko dari perubahan iklim hingga potensi kerusakan lingkungan yang terjadi di kemudian hari.
“Sejatinya ketahanan iklim ini menjadi salah satu upaya untuk mencegah resiko perubahan iklim tersebut,” ujar Nurhayati.