Kendati saat ini harga kedelai melambung tinggi, tetapi Atikah belum menaikan harga jual tempe dan tahu.
Atikah mengaku, dirinya masih menunggu kebijakan dari berbagai pihak, termasuk organisasi terkait kenaikan harga kedelai.
Ia mengaku, masih banyak pelanggan yang membutuhkan tempe dan tahu untuk kebutuhan sehari.
"Betul pelanggan masih banyak, kalau saya tutup saya gak bisa makan, gini kalau harga dinaikin juga akan saya yakin pelanggan tetap datang, cuma masih nunggu kebijakannya mau gimana," ungkapnya.
Sementara, Nirwan Husada (43) pedagang sekaligus perajin tahu tempe di Pasar Soreang, Kabupaten Bandung mengatakan tetap akan berdagang dan produksi meskipun ada aksi mogok yang dilakukan oleh sejumlah perajin dan pedagang selama tiga hari ke depan.
Baca juga: Imbas Kedelai Mahal, Perajin di Karawang Bingung Diminta Naikkan Harga Tahu
Menurutnya, aksi mogok justru akan membuat aktivitas di pasar akan terhambat dan hanya membuat gaduh publik.
Nirwan meyakini, dengan kualitas tempe dan tahu yang semakin menipis, pelanggan tetap akan datang dan membeli.
"Kita kan bisa mengakali dengan menipiskan atau cetakannya kita ubah, kalau harga kedelai tinggi, saya yakin pelanggan tetap akan ada," jelasnya.
Saat ini, kata dia, pemerintah telah membantu mensubsidi harga kedelai dari yang awal Rp 14.500 menjadi Rp 13.500 per kilogram.
Program tersebut, lanjut dia sudah berlangsung sejak bulan April, hanya saja bulan Agustus dan September tidak dilanjutkan.
"Iyah ada program subsidi Rp 1.000 dari pemerintah itukan lumayan, programnya sempat terhenti tapi sekarang sudah mulai lagi, itu untuk anggota Kopti dan juga perajin umum yang sudah terdata," ungkapnya.
Nirwan menyebut, mogok massal bisa saja dilakukan baik oleh perajin dan pedagang, ketika memang harga kedelai sudah tidak bisa dikompromikan lagi.
"Sekarang kan masih ada program subsidi lebih baik ikuti saja dulu, saya berpikir nanti kalau harga kedelai memang sudah luar biasa naiknya dan tidak bisa diakali, maka kita akan melakukan itu," tuturnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.