Kala itu, Sutaryo tak tahu pasti putra bungsunya menderita sakit apa. Hanya saja, kata dia, dokter memintanya untuk segera melakukan operasi di rumah sakit.
Saat itu pula, kondisi kepala Adriansyah sudah mulai membesar secara perlahan. Ia mengaku, mengetahui bahwa sang anak menderita hidrosefalus baru setelah mendatangi Rumah Sakit yang menjadi rujukan.
Lantaran tak memiliki biaya, namun semangat untuk menyembuhkan Andriansyah begitu kuat, akhirnya ia dan sang istri membawa putra bungsunya ke pengobatan alternatif.
"Karena enggak ada biaya saya pake pengobatan alternatif ke Cirebon, Wonosobo, dan ke tempat lainnya," ujar dia.
Kondisi Adriansyah, lanjut dia, semakin parah. Selain kepalanya yang terus membesar, bola matanya pun sudah mulai membalik ke belakang.
Sutaryo mengakui hanya melalui operasi, kepala sang anak bisa terselamatkan. Namun, sayang biaya operasi yang tinggi serta belum adanya bantu dari siapapun, kata dia, akhirnya ia tetap mengobati anaknya di pengobatan alternatif.
"Setelah di bawa ke salah satu pengobatan alternatif bisa kembali bola matanya. Tapi kepalanya tidak mengecil, akhirnya tetap harus dioperasi," terangnya.
Adriansyah, sambung dia, baru bisa dioperasi pada tahun 2005. Saat itu, warga sekitar iba dengan kondisi Adriansyah. Akhirnya, warga sekitar patungan dan membawa Ardiansyah ke Rumah Sakit Hasan Sadikin.
"Operasinya itu pengangkatan cairan. Sekarang dari atas kepala dipasang selang sampai ke tempat buang air kecil," kata dia.
Sutaryo beserta istri dan kedua anaknya, tinggal disebuah kontrakan petak sederhana di sebuah gang padat penduduk.
Pantauan Kompas.com, kontrakan yang sudah dihuni oleh Sutaryo dan keluarganya tersebut hanya berukuran 6x4 meter persegi.
Di dalamnya terdapat dua tempat tidur yang menggunakan risbang kayu, yang sengaja di pasang agak tinggi lantaran banjir kerap melanda tempat tinggal Sutaryo.
Adriansyah tertidur di salah satu tempat tidur tersebut, sementara sang kakak tidur di sebelahnya. Lantas Sutaryo dan Istri tidur di kolong tempat tidur Adriansyah dan sang kaka.
"Sebetulnya anak saya empat, dua orang di Jawa, dua orang di sini, saya ke sini udah lama daei tahun 79," katanya.