BANDUNG, KOMPAS.com - Meli Yulian, menceritakan masa tersulit dalam hidupnya. Yakni detik-detik saat dirinya divonis mengidap HIV.
Saat itu, tahun 2019, Meli sakit berkepanjangan. Ia bolak-balik ke rumah sakit (RS) namun tak kunjung sembuh.
"Akhirnya disarankan untuk tes VCT (voluntary counselling and testing). Awalnya masih sangat awam dengan HIV," ujar Meli dalam Active Case Finding (ACF), belum lama ini.
Hasil VCT menunjukkan Meli mengidap HIV stadium 3. Bukan hal mudah bagi Meli mendapatkan kenyataan ini.
Semangat hidupnya menurun. Berat badan Meli yang tadinya 45 kg turun drastis hingga menyentuh angka 28 kg.
"Bahkan saya sampai lumpuh. Badan sisa tulang doang. Saya sudah pakai kursi roda," kenang Meli.
Baca juga: 2000-an Pengungsi Gempa Cianjur Terserang ISPA
Tak hanya itu, keinginan bunuh diri sempat terlintas dalam benaknya. Namun ia sekuat tenaga bangkit.
Tahun 2020, Meli mulai terapi Antiretroviral (ARV). Jika tidak ditindak dengan terapi ARV, infeksi HIV kronis ini akan terus tumbuh hingga 10 tahun ke depan.
Melalui pengobatan ARV, pengidap HIV mampu mempertahankan risiko penularan virus yang rendah, meskipun melakukan aktivitas seksual kepada orang dengan negatif HIV.
Meli mengaku tidak mudah untuknya jujur dengan kondisi HIV kepada keluarga. Sehingga Meli memilih untuk terapi ARV dulu sampai sehat. Setelah itu ia beranikan diri untuk menyampaikan ke keluarga.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.