"Alhamdulillah ada akademisi yang membimbing kami," kata dia.
Melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), Desa Mekarbuana berencana membuat paket-paket wisata. Misalnya edukasi.
"Kami ingin desa punya pengahsilan sendiri, dan membuka peluang kerja bagi warga kami," kata dia.
Di Desa Mekarbuana ada 413 hektar perkebunan kopi yang digarap 364 keluarga petani. Setiap tahun menghasilkan sekitar 110 hingga 130 ton kopi.
Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Desa Mekarbuana juga punya produk kopi sendiri. Namanya Kosa, singkatan dari Kopi Sanggabuana. Sesuai namanya kopi tersebut ditanam di kaki Pegunungan Sanggabuana.
"Kami menghasilkan 200 hingga 300 bal kopi robusta atau sesuai pesanan. Kopi kami sudah masuk Bandung dan Bogor," kata Jaji.
Kopi Kosa tersendiri belum masuk ritel. Namun setiap bulan dikirim ke kantor-kantor atau organisasi yang telah menjadi langganan.
Hanya saja, karena pandemi Covid-19 membuat Kosa mengalami persoalan permodalan. Selain itu, pihaknya juga butuh pelatihan peningkatan kemampuan bagi para petani kopi dan barista yang direkrut BUMDes.
"Kami merekrut yang tadinya kerja di kota untuk kerja di BUMDes. Kerja di desa rezekinya kota," ujarnya.
Wakil Menteri Pertanian RI Harvick Hasnul Qolbi mengatakan, Pemerintah berkomitmen membuka peluang, mendukung, dan mempermudah masyarakat dalam hilirisasi produk pertanian.
Ia meminta pelaku usaha tani tak sungkan bertanya dan bekerjasama dengan Kementan RI.
Terlebih Kementan juga menggandeng BUMN bidang pertanian perihal pembinaan masyarakat tani atau yang mengolah produk pertanian.
Misalnya Holding Pupuk Indonesia melalui program makmur, yang dulunya bernama agrosolution.
Soal kopi sendiri, ia menyebut ada peluang ekspor ke Eropa, kecuali ke Inggris. Mengingat saat pandemi Covid-19 membuat produksi kopi di negara penghasil kopi melemah. Misalnya Brazil.
"Ini peluang bagi kita (Indonesia)," ungkap Harvick saat kunjungan kerja ke Desa Baturaden, Rabu (14/12/2022).