Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pelajar Penyintas Tanah Bergerak di Sukabumi Terpaksa Belajar Dalam Sekolah Darurat

Kompas.com - 09/01/2023, 21:26 WIB
Budiyanto ,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

SUKABUMI, KOMPAS.com- Hari pertama masuk sekolah semester dua, puluhan pelajar mengikuti proses kegiatan belajar mengajar di sekolah darurat, Senin (9/1/2023).

Peristiwa ini dialami para pelajar SD Negeri Suradita, Dusun Suradita, Desa Ciengang, Kecamatan Gegerbitung, Sukabumi, Jawa Barat. Sekolah darurat dibangun di atas lahan perkebunan

Para pelajar mayoritas penyintas bencana tanah bergerak Dusun Suradita yang mulai terjadi pada 1995 dan kembali semakin parah sejak 2019.

Baca juga: Dua Kali Kena Bencana Tanah Bergerak, SD di Kaki Gunung Baros Sukabumi Akan Direlokasi

Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Sukabumi Mohammad Solihin mengungkapkan bangunan sekolah yang lama rusak terdampak bencana gerakan tanah.

"Sekolah yang lama tidak memungkinkan lagi untuk kegiatan belajar mengajar," ungkap Solihin kepada Kompas.com di sela kunjungan ke Dusun Suradita, Senin petang.

Menurut Solihin pembangunan sekolah darurat diinisiasi masyarakat Dusun Suradita.

Bangunan sekolah darurat SD Negeri di Dusun Suradita, Desa Ciengang, Kecamatan Gegerbitung, Sukabumi, Jawa Barat, Senin (9/1/2023).KOMPAS.COM/BUDIYANTO Bangunan sekolah darurat SD Negeri di Dusun Suradita, Desa Ciengang, Kecamatan Gegerbitung, Sukabumi, Jawa Barat, Senin (9/1/2023).

Setelah dilihat-lihat baik bangunan luar dan dalamnya bangunan sekolah darurat memenuhi dalam kondisi kedaruratan.

"Jangan diukur kondisi normal ya, dalam kondisi darurat tentunya dapat memenuhi untuk layanan pembelajaran peserta didik," ujar dia.

"Saya salut terutama kepada masyarakat Dusun Suradita yang telah berinisiasi membangun sekolah darurat," sambung Solihin.

Baca juga: Tanah Bergerak dan 2 Kali Suara Ledakan di Gunung Mereki Bikin Cemas Warga

Dia mengatakan pembangunan sekolah darurat masih perlu dilengkapi dengan kantor dan ruang guru. Juga pelengkap lainnya seperti kamar mandi, musholla, dan penerangan listrik karena di dalam cukup gelap.

Juga di bagian dalam ruangan dindingnya perlu cat dan lantai tanah perlu diberi alas. Karena bila kemarau tentunya tanah berdebu, juga saat hujan dikhawatirkan air masuk.

"Kami akan berusaha mencarikan dana agar anak-anak menjadi nyaman. Kalau masyarakat sudah cukup," kata Solihin.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com